June 02, 2025

Menyelami Kekayaan Tradisi Suku Bugis-Makassar

Suku Bugis-Makassar dikenal memiliki beragam tradisi unik yang menarik untuk dipelajari. Sebagai salah satu suku yang kaya akan warisan budaya, masyarakat Bugis-Makassar hingga kini tetap melestarikan adat istiadat leluhur mereka. Keunikan budaya Bugis-Makassar ini bahkan berpotensi menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Berikut beberapa tradisi unik suku Bugis-Makassar:

1. Angngaru

Angngaru berasal dari kata dasar "aru," yang berarti sumpah. Tradisi ini merupakan ikrar yang diucapkan oleh masyarakat Gowa pada masa lampau. Biasanya, sumpah ini diucapkan oleh abdi kepada raja, atau oleh raja kepada rakyatnya.

Sebagai warisan budaya yang turun-temurun dari suku Bugis-Makassar, Angngaru memiliki peran penting pada zamannya. Tradisi ini sering dilakukan dalam acara penyambutan tamu dan upacara adat seperti pernikahan atau acara seremonial lainnya.

Tradisi Angngaru membangkitkan semangat juang para prajurit, menanamkan jiwa ksatria dan keberanian dalam setiap individu. Begitulah peran penting tradisi ini dalam persiapan peperangan di masa lalu.

Angngaru juga menyampaikan pesan moral tentang kesiapsiagaan, penjagaan dari bahaya, dan perlindungan. Pesan ini tercermin dalam gerakan pangraru, yang selalu diiringi dengan seruan lantang penuh keyakinan.

2. Mappere

Mappere adalah tradisi untuk mengungkapkan rasa syukur kepada pencipta atas keberhasilan panen. Menurut jurnal Tradisi Pola Kehidupan Masyarakat Bugis Khususnya di Sulawesi Selatan, di beberapa desa di Kabupaten Bone, pesta rakyat ini telah menjadi bagian dari adat istiadat setempat.

Kata "Ma'" berarti bertindak, dan "Pere" berarti mengayun. Tradisi ini melibatkan gadis-gadis desa yang berayun tinggi di udara, sementara pria dewasa menarik tali ayun. Mappere dianggap sulit karena memerlukan keberanian untuk berayun hingga belasan meter.

Tradisi ini didasari kepercayaan bahwa gadis yang berayun setinggi bidadari dapat membawa kesuburan dan keberkahan pada ladang masyarakat. Mappere kini menjadi bagian dari budaya Bugis yang perlu dilestarikan.

3. Mappalette Bola

Mappalette Bola adalah warisan budaya yang mengajarkan cara berinteraksi, berperilaku, dan membangun rumah. Pengetahuan ini diwariskan secara lisan dan tertulis dari generasi ke generasi. Terdapat catatan tertulis dalam bentuk gulungan daun lontar dan papan kayu yang disebut lontara, yang hanya dapat digunakan oleh ahli ritual saat membangun rumah. Lontara berisi petunjuk terkait ritual, penentuan waktu, lokasi, dan pemilihan bahan bangunan.

Mappalette Bola juga dikenal sebagai tradisi pemindahan rumah adat Suku Bugis, di mana puluhan hingga ratusan warga bersama-sama mengangkat rumah. Prosesi ini dipimpin oleh tetua adat yang memimpin doa, mantra, dan memberikan aba-aba. Tradisi ini mencerminkan semangat gotong royong, di mana para pria mengangkat rumah, sementara para wanita menyiapkan makanan untuk mendukung prosesi.

4. Mappadendang

Mappadendang, atau pesta ani, adalah sebuah tradisi syukur masyarakat Bugis atas hasil panen padi. Menurut laman Jadesta Kemenparekraf, tradisi ini melibatkan penumbukan gabah menggunakan tongkat besar di dalam lesung.

Acara ini lebih dari sekadar menumbuk gabah. Dengan irama dan tempo yang teratur, para ibu yang berpartisipasi sering kali menyanyikan lagu-lagu terkait aktivitas tersebut.

Biasanya, Mappadendang dilaksanakan di lapangan terbuka setelah maghrib, di mana masyarakat sekitar turut hadir untuk menyaksikan.

Tradisi ini, yang juga dikenal sebagai pesta tani, memiliki makna spiritual. Penumbukan gabah dipercaya sebagai bentuk pensucian, mengubah gabah yang masih terikat dengan tanah menjadi beras (ase), yang kemudian akan menyatu dengan manusia.

Selain menjadi ungkapan syukur, Mappadendang juga berfungsi untuk mempererat rasa persaudaraan antarwarga

5. Mappacci

Mapacci adalah bagian dari rangkaian upacara pernikahan masyarakat Bugis yang sarat dengan nilai-nilai adat. Tradisi ini melambangkan kesucian hati calon pengantin dalam menghadapi kehidupan berumah tangga dan penuh dengan doa serta harapan.

Upacara Mapacci, yang dilakukan sebelum akad nikah, dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Melalui prosesi ini, calon mempelai mendapatkan kebahagiaan mendalam dan keberkahan dari Allah SWT.

Mapacci, berasal dari kata "Paccing" yang berarti bersih, bertujuan membersihkan segala hambatan menjelang pernikahan. Upacara ini dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti pacci, daun kelapa, daun pisang, bantal, gula, sarung sutera, dan lilin, yang semuanya memiliki makna simbolis.

Tradisi ini diwariskan secara turun-temurun dengan berbagai pesan moral dan nasehat bagi kedua mempelai dalam memulai kehidupan baru sebagai suami istri.

6. Mabbaca Doang

Mabbaca berarti membaca, sedangkan Doang berarti doa. Dengan demikian, Mabbaca Doang adalah tradisi membaca doa secara khusus. Dalam tradisi ini, doa biasanya dipimpin oleh seseorang yang dihormati dalam komunitas, seperti ustadz, pemimpin adat, atau imam masjid. Mabbaca Doang biasanya dilakukan pada momen-momen penting, seperti ketika seseorang merasa telah mencapai kemapanan finansial, dan mengundang masyarakat untuk berkumpul serta berdoa bersama.

7. Sigajang Laleng Lipa

Menurut laman Warisan Budaya Kemdikbud, Sigajang Laleng Lipa atau Sitobo Laleng Lipa adalah sebuah ritual duel dalam sarung menggunakan senjata tradisional badik.

Tradisi ini melambangkan kekuatan, seni, dan permainan rakyat, meskipun sering berujung pada kematian. Sigajang Laleng Lipa juga menjadi jalan terakhir bagi masyarakat Bugis-Makassar dalam menyelesaikan perselisihan, digunakan untuk menentukan kebenaran di antara pihak yang bersengketa.

Dalam prosesi ini, dua orang yang berseteru dimasukkan ke dalam satu sarung dan dipersenjatai dengan badik. Mereka saling menyerang hingga salah satu menyerah, terluka parah, atau meninggal dunia. Tradisi ini menggambarkan betapa kuatnya komitmen masyarakat Bugis dalam mempertahankan harga diri dan kehormatan keluarga, meskipun dengan konsekuensi yang mengerikan.

8. Mattojang

Mattojang, atau permainan ayunan raksasa, adalah tradisi khas masyarakat Bugis yang memiliki daya tarik tersendiri. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai ritual persembahan kepada manusia pertama dalam kepercayaan mitologis Bugis, tetapi juga sebagai hiburan dan ajang uji keberanian.

Secara linguistik, Mattojang berasal dari kata "tojang," yang berarti ayunan. Sementara itu, secara budaya, Mattojang diartikan sebagai permainan berayun. Tradisi ini erat kaitannya dengan legenda Bugis tentang turunnya manusia pertama, Batara Guru, dari Botting Langi' (Negeri Khayangan) ke bumi. Dalam mitos Bugis, Batara Guru merupakan nenek dari Sawerigading dan ayah dari La Galigo, tokoh legendaris yang melahirkan mahakarya dunia, Kitab La Galigo.

Menurut kepercayaan Bugis, Batara Guru turun dari kayangan menggunakan Tojang Pulaweng, atau ayunan emas. Legenda ini kemudian berkembang dan menjadi bagian integral dari prosesi adat Mattojang.

Itulah informasi mengenai Kekayaan Tradisi Suku Bugis-Makassar. Apakah Anda semakin tertarik berkunjung ke Makassar? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Makassar.

Disamping itu, jika Anda sedang berada di Makassar, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Cabang Makassar. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Makassar pada halaman berikut:

1. Asuransi Sinar Mas Cabang Makassar

2. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Agency Makassar

3. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Pare Pare

4. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Palopo

5. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Gowa

6. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Watampone

Perkuat rasa cintamu pada Indonesia dengan menambah wawasan budaya nusantara di saluran whatsapp ini.

Jelajah Nusantara

Sumber:

  1. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/08/02/sumpah-setia- tradisi-angngaru-makassar.
  2. https://berandasulsel.com/makna-tradisi-adat-angngaru-dan-sejarah- perkembangannya/.
  3. "Mengenal Budaya Angngaru dari Makassar: Sejarah, Makna, dan Contoh Teksnya", https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-7032817/mengenal- budaya-angngaru-dari-makassar-sejarah-makna-dan-contoh-teksnya.
  4. "6 Tradisi Bugis yang Unik dan Menarik untuk Diketahui, dari Mappere hingga Mapacci" https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-7243416/6- tradisi-bugis-yang-unik-dan-menarik-untuk-diketahui-dari-mappere- hingga-mapacci.
  5. "5 Tradisi Unik Suku Bugis, dari Mappalette Bola hingga Sigajang Laleng Lipa", https://makassar.kompas.com/read/2022/09/17/181148478/5- tradisi-unik-suku-bugis-dari-mappalette-bola-hingga-sigajang-laleng- lipa?page=all.