Kampung Jelekong: Menelusuri Warisan Seni Wayang Golek
Kampung Jelekong adalah pusat seni dan budaya yang terkenal dengan seni lukis dan wayang goleknya. Selain itu, kesenian tari dan pencak silat juga menjadi bagian integral dari kehidupan budaya di sana. Tradisi seni di Kampung Jelekong telah berlangsung selama puluhan tahun, bahkan sejak zaman kolonial Belanda.
Budiman Art Gallery, milik Iman Budiman, merupakan galeri seni pertama yang dapat ditemui begitu memasuki Kampung Jelekong. Di sini, berbagai karya lukisan dipamerkan, memanjakan mata pengunjung dengan keindahan karya-karya tersebut.
Di Desa Jelekong, salah satu tradisi utama adalah peringatan Hari Wayang Nasional yang jatuh pada tanggal 7 November setiap tahun. Setiap kali acara pagelaran digelar, masyarakat dari dalam dan luar wilayah menyambutnya dengan antusias. Selain sebagai pagelaran seni, acara ini juga menjadi kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk memamerkan karya lukisan mereka serta menjual berbagai macam mainan, kerajinan tangan, dan makanan.
Sejarah Kampung Jelekong
Sejak berdiri pada tahun 1969, Kampung Jelekong telah menjadi tempat kelahiran banyak seniman terkenal yang prestasinya bahkan mencapai tingkat internasional. Salah satunya adalah Padepokan Giri Harja, yang dipelopori oleh Asep Sunandar dan kini dikenal di seluruh dunia sebagai pusat pertunjukan wayang golek. Saat mengunjungi Kampung Jelekong, pengunjung dapat melihat foto-foto tokoh seni terkenal seperti Asep Sunandar yang dipajang di sepanjang jalan.
Meskipun beberapa warga Kampung Jelekong telah berupaya keras untuk mempertahankan dan mengembangkan warisan seni dan budaya mereka, belum ada upaya yang signifikan dari pemerintah untuk menyediakan fasilitas pariwisata yang memadai di kampung ini.
Tradisi di Kampung Jelekong
Desa Jelekong terbagi menjadi tiga kawasan: Kompepar Giriharja, Desa Wisata Jelekong, dan Kompepar Gentong. "Kompepar" adalah singkatan dari Kelompok Penggerak Pariwisata. Kompepar Giriharja fokus utamanya adalah mengelola pertunjukkan seni Wayang Golék dan lukisan, sambil menjadi tempat bagi para seniman, dalang, dan pemain gamelan (nayaga) dalam pertunjukan tersebut.
Tradisi ngamumulé ini dilakukan secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian budaya Sunda di desa ini. Hal ini yang menjadikan Desa Jelekong unik dibandingkan desa-desa lainnya. Secara lebih luas, desa ini dikenal sebagai "produsen" seniman-seniman andal atau seniman "Giri Harja," yang menghasilkan berbagai kesenian seperti sisingaan, jaipongan, Wayang Golék, pencak silat, serta berbagai produk industri kreatif seperti seni kriya, musik, dan lukis.
Melestarikan wayang golek adalah tugas utama keluarga besar Padepokan Giri Harja. Wayang golek Giri Harja telah menjadi barometer seni wayang di Jawa Barat dan dunia, karena pengakuan dari PBB dan UNESCO. Dalam upaya pelestarian ini, banyak inovasi yang telah diterapkan, terutama dalam penggunaan warna, aksesori, dan suvenir yang menghiasi tubuh wayang. Proses pembuatan satu sosok atau karakter wayang golek memerlukan waktu berbulan-bulan. Tahapan pembuatannya meliputi pengukiran, pewarnaan, serta pembuatan baju dan aksesori.
Eksistensi Wayang Golek
Pentas wayang golek tidak lagi sepopuler dulu. Sebelum krisis moneter melanda Indonesia pada 90-an, Dadan Sunandar Sunarya mampu menggelar hingga 20 pertunjukan wayang per bulan. Bahkan, pada masa kejayaan ayahnya, Asep Sunandar Sunarya, pertunjukan bisa berlangsung tanpa henti selama tiga bulan berturut-turut.
Namun, setelah krisis moneter, jumlah pertunjukan menurun drastis menjadi hanya 5-10 panggung per bulan, atau bahkan tidak ada sama sekali. Penurunan ini disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi masyarakat, karena menggelar pertunjukan wayang memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Melihat kondisi ini, Dadan berharap pemerintah berperan serta dalam mendidik masyarakat untuk mencintai Kesenian Wayang Golek. Stabilitas ekonomi menjadi kendala utama, karena seni tradisional suatu negara dapat berkembang jika ekonomi rakyatnya maju.
Oleh karena itu, pemerintah perlu memikirkan cara untuk menstabilkan perekonomian, karena pembuatan wayang dan penyelenggaraan pertunjukan wayang membutuhkan dukungan finansial yang memadai.
Melestarikan Wayang Golek
Pada tahun 2010, Batara Sena diundang ke Sri Lanka untuk memperkenalkan wayang golek dalam sebuah pementasan. Sejak kunjungannya ke Sri Lanka, Batara mulai mengunjungi berbagai negara lainnya. Ia menyadari bahwa orang-orang di luar negeri sangat menghargai seni dan budaya Indonesia. Bahkan, perwakilan dari berbagai negara datang ke Jelekong khusus untuk mempelajari wayang golek lebih dekat.
Namun, Batara merasa cemas. Menurutnya, jika pemerintah tidak serius dalam menjaga aset seni budaya wayang golek, tidak menutup kemungkinan bahwa orang asing yang meneliti wayang di Jelekong akan membuatnya berkembang di negara mereka. Akibatnya, kelak warga Indonesia mungkin harus belajar wayang golek ke Sri Lanka atau Amerika. Di Sri Lanka, wayang golek bahkan digunakan sebagai sarana sosialisasi alat kontrasepsi pada Hari AIDS.
Itulah informasi seputar Wayang Golek di Kota Bandung. Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke Bandung?
Disamping itu, jika Anda sedang berada di Pontianak, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Bandung. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Bandung pada halaman berikut:
1. Asuransi Sinar Mas Cabang Bandung
2. PT. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Agency
Bandung
3. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Agency
Rajawali - Bandung
Sumber:
- https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6957734/melihat-kampung-seni-jelekong-yang-mahsyur-sejak-zaman-kolonial.
- "Menyokong Tradisi dan Budaya Sunda di Desa Wisata Jelekong", https://www.kompasiana.com/bensaradityan/62bdc966bb448638a92e9624/menyokong-tradisi-dan-budaya-sunda-di-desa-wisata-jelekong.
- https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3516695/padepokan-giri-harja-pelestari-wayang-golek-di-jelekong-bandung.