October 31, 2024

Eksplorasi Kesenian Tari Banjarmasin: Tradisi dan Akulturasi Budaya

Seni Tari Banjarmasin terbagi menjadi dua kategori: seni tari yang berkembang di lingkungan istana (kraton) dan seni tari yang berkembang di kalangan rakyat. Seni tari kraton dikenal dengan sebutan "Baksa," yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) dan menggambarkan kehalusan gerak dalam setiap tarian. Tarian ini telah ada selama ratusan tahun sejak era Hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan kondisi dan nilai-nilai saat ini. Sebagai contoh, gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab Islam telah mengalami penyesuaian. Beberapa seni tari daerah Banjarmasin yang terkenal antara lain sebagai berikut:

1. Tari Topeng Banjarmasin

Tari Topeng adalah tarian tradisional yang digunakan dalam upacara sakral, seperti upacara Manyanggar (Sampir), serta berfungsi sebagai ritual pengobatan (Batatamba) untuk orang sakit, seperti kapingitan. Tarian ini telah berkembang sejak masa Kerajaan Negara Dipa. Topeng Banjar memiliki berbagai jenis, seperti Gunung Sari, Patih, Panji, Batarakala (Sangkala/Gajah Barung), Pantul, Tambam, Pamambi, Pamimdu, Kalana, dan Ranggajiwa. Hingga kini, Tari Topeng Banjar masih dipentaskan sebagai ungkapan rasa syukur dan untuk memohon keselamatan dari gangguan roh jahat.

Tarian pertama yang akan dibahas dari Kalimantan Selatan adalah Tari Topeng Banjar, yang dianggap sakral. Tarian ini sudah ada sejak lama, tepatnya sejak masa Kerajaan Negara Dipa, sebelum agama-agama seperti Islam dan Kristen menyentuh masyarakat setempat. Pada masa itu, masyarakat masih percaya pada kekuatan roh leluhur. Tari Topeng Banjar awalnya berfungsi sebagai ritual pengobatan atau Batatamba, dan juga digunakan dalam Upacara Manyanggar (Sampir).

Topeng yang digunakan dalam tarian ini terdiri dari berbagai jenis, seperti Pantul, Batarakala, Tambam, Pamambi, Gunung Sari, Panji, dan Patih, yang dipercaya mampu mengusir roh jahat dan penyakit. Selain itu, Tari Topeng Banjar juga melambangkan ungkapan rasa syukur dan harapan untuk keselamatan.

2. Tari Sinoman Hadrah

Tari Sinoman Hadrah berkembang di Kabupaten Banjar, khususnya di daerah Martapura. Nama tarian ini berasal dari kata "sinoman," yang berarti perkumpulan dengan tujuan yang sama, dan "hadrah," yang berasal dari kata Arab "hadrun," yang berarti hadir. Oleh karena itu, Tari Sinoman Hadrah bermakna sebagai tarian penyambutan untuk tamu atau kelompok yang dihormati. Properti yang digunakan dalam tarian ini meliputi rebana, babun, ketipung, tamborens, bendera, dan payung besar berhias. Tarian ini ditampilkan secara berkelompok dengan minimal 30 orang, yang terdiri dari pemusik, pemegang bandu, pemayung, dan penari.

Tari Sinoman Hadrah, yang berasal dari Martapura, Kabupaten Banjar, adalah hasil akulturasi budaya Arab, Melayu, dan budaya lokal, sehingga memberikan keunikan tersendiri. Nama tarian ini menggabungkan dua kata: "Sinoman," yang berarti komunitas dengan tujuan bersama, dan "Hadrah," yang berarti kehadiran dalam bahasa Arab. Secara keseluruhan, tarian ini melambangkan penyambutan tamu penting di Martapura.

Tari Sinoman Hadrah adalah pertunjukan seni yang lengkap, melibatkan setidaknya 30 orang, dengan peran yang terbagi menjadi penari, pemegang bandu, pemayung, dan pemusik. Oleh karena itu, jika Anda berkesempatan menyaksikannya, Anda akan melihat pementasan yang kaya akan seni dan budaya.

3. Tari Rudat

Tari Rudat adalah salah satu kesenian bernafaskan Islam yang populer di Kalimantan Selatan, terutama di Kabupaten Banjar. Nama tari ini diduga berasal dari kata Banjar "rudatik," yang berarti bergerak terus-menerus. Sesuai namanya, tubuh penari akan terus bergerak mengikuti irama lagu yang dimainkan dengan tarbang. Tari Rudat memadukan gerakan bela diri dengan seni suara, meskipun didominasi oleh gerakan tari dengan posisi duduk. Tarian ini terus dilestarikan, antara lain dengan mengajarkannya di sekolah-sekolah.

Tari Rudat adalah contoh kesenian tradisional yang mendapat pengaruh budaya Islam di Kalimantan Selatan, khususnya di Kabupaten Banjar. Tarian ini sangat populer, dan banyak pelajar mempelajarinya sebagai bagian dari ekstrakurikuler atau pelajaran seni, sebagai upaya untuk melestarikan seni tari tradisional yang hampir punah.

Nama "Rudat" diyakini berasal dari kata "rudatik" dalam bahasa Banjar, yang berarti bergerak terus-menerus. Nama ini tepat menggambarkan gerakan Tari Rudat, di mana penari terus bergerak hingga irama lagu berhenti, diiringi alat musik tradisional Kalimantan Selatan, tarbang. Tarian ini menggabungkan elemen bela diri dengan seni tari dan suara. Meskipun sebagian besar gerakannya dilakukan dalam posisi duduk, Tari Rudat tetap menampilkan gerakan yang lincah dan anggun, menciptakan tontonan yang memukau bagi penikmat seni tari.

4. Tari Baksa Kembang

Menurut laman Dinas Kebudayaan Banjarmasin, Tari Baksa Kembang adalah tari klasik yang awalnya berfungsi sebagai penyambutan tamu kerajaan. Tarian ini dibawakan oleh penari wanita, baik sebagai penari tunggal maupun secara berkelompok, dengan syarat jumlah penari harus ganjil. Seiring waktu, tarian ini menjadi populer di kalangan masyarakat dan berkembang menjadi beberapa versi, seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, dan Jumanang. Akhirnya, para seniman sepakat untuk menggabungkan berbagai versi tersebut menjadi satu bentuk baku Tari Baksa Kembang.

Tari Baksa Kembang, yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, awalnya berfungsi sebagai tarian penyambutan tamu atau pembukaan acara kerajaan. Tarian ini sering kali ditarikan oleh satu orang, namun juga bisa dilakukan berkelompok asalkan jumlah penarinya ganjil. Seiring dengan popularitasnya, Tari Baksa Kembang berkembang menjadi beberapa versi, seperti Kijik, Jumanang, Lagureh, dan Tapung Tali, sebelum para seniman menyepakati satu versi baku yang diajarkan kepada generasi berikutnya.

Penari Tari Baksa Kembang tampil anggun dengan busana khas Kalimantan Selatan, lengkap dengan selendang dan mahkota yang disebut Gajah Gemuling. Gerakan tarian ini menggambarkan seorang gadis yang menikmati keindahan taman bunga. Penari juga membawa rangkaian bunga seperti mawar, kantil, kenanga, dan melati, yang nantinya diberikan kepada tamu kehormatan sebagai simbol penghormatan.

5. Tari Babangsai

Tari Babangsai adalah salah satu tarian Kalimantan Selatan yang berkaitan dengan magis dan spiritual. Kesenian tradisional ini berasal dari kebiasaan suku Dayak Bukit yang menetap di provinsi tersebut. Pada awalnya, tarian ini berfungsi sebagai bagian dari ritual suku Dayak untuk menghormati Sang Pencipta dan arwah nenek moyang.

Jika Anda pernah melihat Tari Kanjar, gerakan Tari Babangsai sebenarnya mirip, namun Tari Kanjar dibawakan oleh penari laki-laki, sedangkan Tari Babangsai dipentaskan oleh penari perempuan.

Keunikan Tari Babangsai terletak pada pola gerakannya, di mana para penari berputar membentuk lingkaran mengelilingi poros yang berupa altar pemujaan. Altar ini menjadi pusat tarian dan diisi dengan sesajen persembahan untuk dewa atau Tuhan pencipta alam. Ritual ini mirip dengan yang dilakukan oleh suku Dayak Ot Danum.

Itulah informasi seputar Kesenian Tari Banjarmasin, Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke Kalimantan Selatan, dan menyaksikan pertunjukkan Tari Banjarmasin? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Kalimantan Selatan

Disamping itu, jika Anda sedang berada di Kalimantan Selatan, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Kalimantan Selatan. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Kalimantan Selatan pada halaman berikut:

Asuransi Sinar Mas Cabang Banjarmasin

Sumber:

  1. "4 Tari Tradisional Kalimantan Selatan yang Masuk dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda", https://regional.kompas.com/read/2022/02/22/184923178/4-tari-tradisional-kalimantan-selatan-yang-masuk-dalam-daftar-warisan?page=all.
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional_Banjar.
  3. https://www.traveloka.com/id-id/explore/destination/tarian-tradisional-dari-kalimantan-selatan-acc/330021.