Sejarah dan Perkembangan Kota Pangkalpinang di Kepulauan Bangka Belitung
Kota Pangkalpinang
Kota Pangkalpinang adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia, terletak di bagian timur Pulau Bangka pada koordinat 20,4’ hingga 20,10’ Lintang Selatan dan 106,04’ hingga 106,07’ Bujur Timur. Kota ini terdiri dari 7 kecamatan dan 42 kelurahan.
Sebagai pusat pemerintahan, Pangkalpinang mencakup kelurahan Bukit Intan untuk pemerintah kota dan kelurahan Air Itam untuk pemerintah provinsi serta instansi vertikal. Selain itu, kantor pusat PT. Timah Tbk berlokasi di sini. Pangkalpinang juga berfungsi sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan industri di Bangka Belitung. Kota ini ditetapkan sebagai ibukota provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 9 Februari 2001.
Arti nama Pangkal Pinang
Secara etimologi, "Pangkalpinang" berasal dari dua kata: "Pangkal" (atau "Pengkal") dan "Pinang." Dalam bahasa Melayu Bangka, "Pangkal" berarti pusat atau permulaan. Awalnya, Pangkalpinang adalah pusat pengumpulan timah, yang kemudian berkembang menjadi pusat distrik, kota pasar, tempat berlabuh kapal, dan pusat berbagai aktivitas. Sementara itu, "Pinang" merujuk pada pohon Pinang, sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia, dan Afrika bagian timur, serta nama buah yang banyak diperdagangkan.
Asal Usul Kota Pangkal Pinang
Pangkalpinang berasal dari bahasa Melayu Bangka, di mana "Pangkal" berarti pusat atau distrik. Awalnya, Pangkalpinang merupakan pusat perkumpulan timah yang kemudian berkembang menjadi pusat distrik. Wilayah ini juga berfungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal dan awal dari berbagai kegiatan.
Pinang (areca catechu) adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia, dan Afrika bagian timur, serta dikenal sebagai buah yang banyak dijajakan. Pembentukan Pangkalpinang dimulai pada pemerintahan Sultan Susuhanan Ahmad Najamuddin Adi Kusumo, yang berkuasa sejak 17 September 1757. Ia memerintahkan Abang Pahang, bergelar Tumenggung Dita Menggala, beserta depati, Batin Pengandang, dan para Krio di Pulau Bangka untuk mencari "pangkal" sebagai tempat kedudukan demang dan jenang. Tugas mereka adalah mengawasi parit-parit penambangan timah dan pekerja dari Cina, Slam, Kocin, dan Melayu, serta mendistribusikan timah dari penambangan ke Kesultanan Palembang Darussalam.
Beberapa pangkal yang didirikan antara lain Pangkal Bendul, Bijat, Bunut, Rambat, Parit Sungai Buluh, Tempilang, Sungailiat, Lajang, Cegal, Pangkal Koba, Balar, Toboali, dan Pangkalpinang. Setelah pendirian pangkal, Sultan Palembang mengangkat dan mengirim demang serta jenang dari Palembang untuk bertugas di masing-masing lokasi. Umumnya, demang tidak berasal dari keluarga atau kerabat Sultan Palembang.
Pangkalpinang pernah menjadi ibu kota negara, meskipun tidak secara resmi, ketika pemimpin di Yogyakarta ditangkap oleh Belanda pada 19 Desember 1948. Salah satu bukti status Pangkalpinang sebagai ibu kota negara adalah prasasti di Taman Sari, yang diresmikan oleh Bung Hatta pada 17 Agustus 1949, terletak di sisi utara Lapangan Merdeka. Tugu prasasti tersebut bertuliskan "Prasasti Surat Kuasa Kembalinya Republik Indonesia ke Yogyakarta," yang diserahkan oleh Ir. Soekarno kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada Juni 1949. Salinan naskah asli masih tersimpan di Wisma Menumbing, meskipun prasasti tersebut tidak mencantumkan tanggal spesifik.
Sejarah Kota Pangkal Pinang
Untuk mengontrol kekayaan tambang timah di Timur Bangka, kolonial Belanda memindahkan ibu kota penduduk Belitung dari Muntok ke Pangkalpinang pada tahun 1913. Pangkalpinang berkembang dari kota kecil pada tahun 1956 menjadi kotapraja, dan kemudian menjadi kotamadya daerah tingkat II.
1. Kota Kecil
Pangkalpinang diresmikan sebagai Kota Kecil pada tahun 1956 berdasarkan UU Darurat No. 6 Tahun 1956, yang mencakup dua gemeente: gemeente Pangkalpinang dan gemeente Gabek, dengan luas 31,7 km². Pangkalpinang ditetapkan sebagai ibu kota, dan R. Supardi Suwardjo (alm) diangkat sebagai wali kota pertama. Pada 20 November 1956, ia digantikan oleh Achmad Basirun (alm) sebagai penjabat wali kota, yang kemudian diganti oleh Rd. Abdulah (alm) pada 15 Desember 1956.
2. Kotapraja
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1959, status Pangkalpinang ditingkatkan menjadi Kotapraja pada 24 Juli 1958. Rd. Abdulah digantikan oleh R. Hundani (alm), wali kota hasil pemilu pertama tahun 1955 (wali kota ke-44). Dengan SK Presiden RI No. 558/M, M. Saleh Zainuddin diangkat sebagai wali kota (kepala daerah Kotapraja) Pangkalpinang pada 1 Oktober 1960.
3. Kotamadya
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 1965, status Kotapraja diubah menjadi Kotamadya. Melalui keputusan Presiden RI No. UP/10/I/M-220 pada 21 Februari 1967, M. Saleh Zainuddin digantikan oleh Drs. Rustam Effendi (alm) sebagai wali kota, yang dibantu oleh lima anggota Badan Pemerintahan Harian.
4. Kotamadya Daerah Tingkat II Pangkalpinang
Dengan diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Pangkalpinang ditetapkan sebagai Kotamadya Daerah Tingkat II, dilengkapi dengan 20 anggota DPRD. Wali kota dalam periode tersebut meliputi:
- Roesli Romli (1973-1978).
- H.M. Arub, SH (1978-1983).
- H.M. Arub, SH (1983-1988).
- Drs. H. Rosman Djohan (1989-1993).
- Drs. H. Sofyan Rebuin (1993-1998).
Selama masa jabatan H.M. Arub, SH, wilayah Kotamadya Pangkalpinang dimekarkan dari 31,7 km² menjadi 89,4 km² berdasarkan PP No. 12 Tahun 1984, meliputi tiga desa dari Kabupaten Bangka: Desa Air Itam, Tua Tunu, dan Bacang. Dengan pemekaran ini, Pangkalpinang memiliki empat kecamatan, 55 kelurahan, dan tiga desa.
Itulah informasi seputar Sejarah dan Perkembangan Kota Pangkalpinang di Kepulauan Bangka Belitung. Apakah Anda semakin tertarik berkunjung ke Kepulauan Bangka Belitung? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Kepulauan Bangka Belitung.
Disamping itu, jika Anda sedang berada di Kepulauan Bangka Belitung, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Cabang Bangka Belitung. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Bangka Belitung pada halaman berikut:
1. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Pangkalpinang
2. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Bangka Belitung
Sumber:
- "Asal-usul dan Sejarah Pangkal Pinang, Ternyata Tempat Demang
Mengawasi Tambang Timah ":
https://regional.kompas.com/read/2022/06/25/
175920078/asal-usul-dan-sejarah-pangkal-pinang-ternyata-tempat-demang-mengawasi?page=all. - https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pangkalpinang.
- https://dikbud.pangkalpinangkota.go.id/2022/11/15/
asal-usul-dan-sejarah-pangkal-pinang-ternyata-tempat-demang-mengawasi-tambang-timah/