December 19, 2024

Upacara Adat di Nusa Tenggara Timur: Warisan Budaya yang Tak Lekang oleh Waktu

Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi yang terkenal dengan keindahan alamnya, terutama lautnya, yang meliputi Laut Flores di utara dan Samudra Hindia di selatan. Provinsi ini terdiri dari pulau-pulau indah dan kaya akan budaya, salah satunya adalah berbagai upacara adat.

Beragam upacara adat di NTT dilakukan oleh berbagai suku, seperti Sumba, Flores, Alor, dan Timor, masing-masing dengan tujuan dan makna yang unik sesuai daerahnya. Contohnya, upacara Pasola di Sumba adalah ritual perang yang bertujuan memohon keselamatan dan kemakmuran.

Berikut adalah beberapa upacara adat NTT yang masih dilestarikan hingga saat ini:

1. Upacara Penti

Upacara Penti adalah tradisi masyarakat Manggarai di Nusa Tenggara Timur untuk mengekspresikan rasa syukur atas panen melimpah. Pesta ini dirayakan setiap tahun pada bulan Juli, Agustus, September, atau sebelum Desember, dengan keyakinan bahwa bulan-bulan tersebut menentukan keberhasilan panen di tahun berikutnya.

Dalam pelaksanaannya, masyarakat mempersembahkan hewan kurban, seperti babi jantan dan ayam jantan. Babi jantan melambangkan kekuatan dan ketekunan dalam bertani, sementara ayam jantan melambangkan waktu dan hubungan dengan alam.

Upacara Penti merupakan tradisi penting bagi masyarakat Manggarai, sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan, leluhur, lingkungan, dan sesama manusia.

2. Upacara Adat Reba

Upacara Reba adalah upacara adat terbesar masyarakat Ngada di Nusa Tenggara Timur, dirayakan oleh semua lapisan masyarakat dengan makna yang mendalam.

Sebagai perayaan tahunan, Reba merayakan tahun baru adat, bersyukur atas hasil bumi, menghormati leluhur, dan merayakan persatuan dalam rumah adat dan suku. Upacara ini mengajarkan nilai-nilai moral, sosial, dan budaya, termasuk kebersamaan, kerukunan, dan gotong royong. Selain itu, Reba juga memperkuat ikatan komunitas dan rasa persatuan.

Berbagai jenis upacara adat di NTT masih dilestarikan hingga kini, salah satunya adalah Reba, yang diadakan setiap tahun untuk menyambut tahun baru dengan tradisi yang kaya. Upacara ini adalah ungkapan rasa syukur atas berkat dan rahmat dari tahun sebelumnya, dan selalu menarik perhatian publik karena keunikannya.

Reba bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sarana untuk membangun solidaritas dan persaudaraan di antara masyarakat.

3. Upacara Diwingtang Med Harabapaha Onglamolingpaha Maleling Bala Arahama

Upacara Diwingtang Med Harabapaha Onglamolingpaha Maleling Bala Arahama adalah ritual adat masyarakat Alor yang bertujuan menolak bala atau musibah. Dalam upacara ini, mereka menghormati benda pusaka, seperti gong dan moko.

Gong dan moko memiliki nilai yang sangat tinggi bagi masyarakat Alor, yang meyakini bahwa benda-benda ini memiliki kekuatan gaib untuk melindungi mereka dari bahaya. Upacara ini diadakan sebagai permohonan perlindungan melalui penghormatan kepada benda pusaka tersebut.

Umumnya, upacara ini dilaksanakan oleh satu keluarga atau suku yang berkumpul untuk melaksanakan berbagai ritual, termasuk doa, tarian, dan persembahan hewan kurban. Upacara ini biasanya berlangsung selama beberapa hari.

4.Upacara Adat Lepa Bura

Upacara Lepa Bura adalah ritual adat masyarakat Lamaholot di Nusa Tenggara Timur untuk menyambut panen padi. Awalnya, upacara ini dilaksanakan oleh mereka yang menganut kepercayaan tradisional.

Tujuan dari upacara ini adalah memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada Lera Wulan Tana Ekan, Tuhan Langit dan Bumi. Dengan masuknya agama Katolik di Nusa Tenggara Timur, Lepa Bura mengalami perubahan, kini juga memuja Tuhan Yesus Kristus.

Upacara ini berlangsung selama beberapa hari. Pada hari pertama, masyarakat berkumpul di rumah kepala desa untuk berdoa dan memberikan persembahan kepada Tuhan, serta menjalani pantang dan puasa terhadap hasil kebun baru. Hari kedua diisi dengan tarian dan lagu-lagu tradisional, sementara pada hari ketiga, hasil panen dibagikan kepada seluruh anggota masyarakat.

5. Upacara Elkoil Oot

Upacara Elkoil Oot adalah ritual adat masyarakat NTT untuk memanggil hujan, dilaksanakan saat kekeringan melanda wilayah tersebut. Dipimpin oleh seorang tetua adat, upacara ini melibatkan doa dan berbagai ritual adat.

Salah satu ritual terpenting adalah membunyikan Elkoil, sebuah gong pusaka yang tidak boleh diperdagangkan atau dibunyikan sembarangan. Gong ini dipercaya memiliki kekuatan untuk mendatangkan hujan, sehingga masyarakat NTT yakin bahwa membunyikannya akan mengakhiri kekeringan.

Upacara Elkoil Oot, juga dikenal sebagai Upacara Elkoil Bosang, menarik perhatian karena tujuannya yang spesifik untuk memanggil hujan. Dengan keunikan penggunaan Elkoil, upacara ini menjadi simbol harapan bagi masyarakat yang menghadapi masalah kekeringan.

6. Upacara Zairo

Upacara Zairo adalah ritual adat masyarakat Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, yang bertujuan untuk memohon maaf kepada Dewi Padi, pelindung tanaman padi, serta meminta keselamatan dan kemakmuran bagi masyarakat.

Upacara ini diadakan ketika tanaman padi gagal panen, yang dipercaya disebabkan oleh sambaran petir. Masyarakat percaya bahwa jiwa padi yang terbakar akan melayang tanpa arah, sehingga upacara Zairo dilakukan untuk memanggil kembali jiwa tersebut.

Zairo biasanya dilaksanakan di rumah adat, kebun, atau lokasi gagal panen, melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat. Dalam upacara ini, masyarakat berdoa dan memberikan persembahan kepada Dewi Padi, yang biasanya berupa hewan kurban seperti ayam atau babi, serta makanan dan minuman.

Upacara Zairo tetap dilestarikan hingga kini sebagai wujud permohonan maaf kepada jiwa padi yang terbakar, dengan harapan agar para petani dan keluarganya terhindar dari bencana berkelanjutan.

7. Ritus Pasola

Pasola adalah upacara ritual masyarakat Sumba Barat untuk merayakan musim tanam padi, menghormati Marapu, dan memohon kemakmuran serta hasil panen melimpah. Dalam upacara ini, dua kelompok pemuda melempar lembing kayu dari atas kuda, menggunakan lembing dari kayu pohon beringin yang dikeringkan dan diruncingkan.

Upacara ini dilakukan setiap tahun oleh masyarakat yang menganut kepercayaan Marapu, biasanya pada bulan Februari di Lamboya dan Kodi, atau Maret di Gaura dan Wanukaka, setelah bulan purnama. Satu lagi upacara adat di NTT adalah Upacara Bijalungu Hiu Paana, yang diadakan oleh masyarakat Wanokaka di Sumba Barat setiap akhir Februari. Tanggal pastinya ditentukan oleh para Rato berdasarkan tanda-tanda alam. Puncak upacara berlangsung di hutan, dekat gua kecil.

8. Upacara Bijalungu Hiu Paana

Upacara Bijalungu Hiu Paana diselenggarakan oleh masyarakat Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, setiap akhir Februari. Upacara ini merayakan musim baru dan memohon hasil panen yang melimpah.

Ritual yang dilakukan mencakup penyembelihan ayam oleh Rato Marapu, pemimpin spiritual Marapu, serta tradisi Kabena Kebbo (melempar kerbau) dan Teung (memotong kerbau).

Bijalungu Hiu Paana adalah warisan budaya yang kaya dan bermakna bagi masyarakat Wanokaka, mencerminkan kepercayaan, tradisi, dan nilai-nilai lokal. Upacara ini tidak hanya menegaskan identitas masyarakat, tetapi juga memperkaya warisan budaya NTT secara keseluruhan.


Itulah informasi seputar Upacara Adat NTT, Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke NTT? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi NTT

Disamping itu, jika Anda sedang berada di NTT, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang NTT. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang NTT pada halaman berikut:

PT Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Kupang

Sumber:

  1. https://www.traveloka.com/id-id/explore/destination/upacara-adat-nusa-tenggara-timur-acc/331251.
  2. https://www.gotravelaindonesia.com/tradisi-upacara-adat-ntt/ srsltid=AfmBOoocutJC2hsM8fgMj3PMNmYqMx
    Hba89kPat5KearlwyJzZCxMNNT.
  3. https://www.nttmediaexpress.com/region-ntt/4249372223/mengenal-6-upacara-adat-yang-ada-di-ntt-masih-dilestarikan-hingga-saat-sekarang.