February 14, 2025

Kearifan Lokal dalam Tari Tradisional Papua: Melestarikan Warisan Budaya

Papua menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara dengan keindahan alam dan budaya tradisionalnya. Selain pesona alam, Papua juga menawarkan kesenian yang menarik, termasuk tarian tradisional.

Tarian adat Papua merupakan aset berharga dalam kesenian Nusantara. Dibandingkan dengan tarian tradisional lainnya, tari-tari Papua memiliki ciri khas unik. Tarian-tarian ini menyampaikan makna mendalam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mengungkapkan emosi dan budaya lokal.

Tari tradisional masyarakat Papua mencerminkan jati diri yang penting untuk dipahami oleh semua orang, tidak hanya penduduk setempat.

Beberapa contoh tari tradisional di Papua:

1. Tari Soanggi

Tari Soanggi adalah tarian tradisional dari pantai Teluk Cendrawasih, Kabupaten Waropen, Papua Barat. Meskipun asal-usulnya tidak jelas, tari ini mencerminkan budaya Papua Barat yang kaya akan nuansa magis. Terinspirasi dari kisah seorang suami yang kehilangan istrinya akibat serangan makhluk jadi-jadian bernama soanggi, tarian ini menggambarkan pertempuran antara penduduk bersenjatakan busur dan panah melawan soanggi.

Sebelum mulai, penari melakukan ritual yang dipimpin kepala suku. Tarian ini melibatkan puluhan penari laki-laki dan seorang pimpinan, mengenakan pakaian tradisional dan rumbai-rumbai. Iringan musik terdiri dari tifa, terompet kerang, dan nyanyian. Tari Soanggi hanya ditampilkan saat ada warga yang meninggal, bertujuan mengusir roh jahat yang belum menemukan ketenangan.

2. Tari Awaijale Rilejale

Tari Awaijale Rilejale adalah tarian tradisional suku Sentani yang berasal dari Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Tarian ini menggambarkan keindahan alam Danau Sentani saat senja, ketika warga pulang bekerja dengan perahu.

Tari ini dibawakan oleh sekelompok pria dan wanita yang mengenakan pakaian adat Pea Malo, terbuat dari serat pohon genemo, kulit kayu, dan daun sagu, serta dilengkapi perhiasan hamboni (kalung manik-manik).

3. Tari Aluyen

Tari Aluyen adalah tarian adat dari Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Nama "Aluyen" berasal dari "alu" (lagu) dan "yen" (dinyanyikan), yang berarti "lagu yang dinyanyikan," dan sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka.

Tari ini biasanya ditampilkan dalam upacara adat seperti pembangunan rumah baru dan pembukaan kebun, baik siang maupun malam. Jika diadakan di rumah adat, pertunjukannya bisa berlangsung 1-2 bulan.

Tari Aluyen melibatkan pria dan wanita, dipimpin oleh seorang pemimpin di depan. Gerakan dasarnya adalah gaya berjalan dengan goyangan pinggul, disebut "awlete." Para penari mengenakan busana kamlanan, kain tradisional, dan aksesoris seperti gelang manik-manik (li), gelang perak (saika), serta perhiasan dari daun pandan berwarna kuning atau merah (eme).

4. Tari Det Pok Mbui

Tari Det Pok Mbui adalah tarian adat dari tiga kecamatan di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua: Agats, Sauwa Ema, dan Pirimapun. Tarian ini telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka dan berarti "upacara topeng setan," diambil dari kata "det" (topeng mirip setan) dan "pok mbui" (pesta atau upacara).

Tari ini melibatkan pria dan wanita yang menari di tepi sungai setelah panen sagu, dengan durasi 2-4 jam. Susunan tarian dimulai dengan ketua adat yang memanggil penari menggunakan alat musik fu atau tifa. Iringan musik terdiri dari tifa dan fu, dengan lagu pengiring "jipai so" (setan atau roh halus). Gerakan meliputi jiwi-ndil (pinggul), a-ndi (pantat), dan ban-ndi (anggota tubuh).

5. Tari Afaitaneng

Tari Afaitaneng adalah tarian adat dari Distrik Kepulauan Ambai, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua Barat, yang telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Tarian ini menggambarkan kepahlawanan, dengan nama yang berarti "anak panah milik kami."

Biasanya dipentaskan semalaman setelah berperang, Tari Afaitaneng menampilkan kekuatan dan kemenangan kelompok perang. Tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki dan wanita dalam formasi lingkaran, terdiri dari tiga bagian: meratapi mayat budak, menunjukkan kehebatan memanah, dan merayakan kemenangan.

Penari mengenakan kuwai (cawat) dan menghias diri dengan manik-manik, sambil membawa afai (panah) dan umbee (parang). Iringan musik menggunakan fikainotu (tifa) dan tibura (triton), dengan lagu pengiring bernama nimasae.

6. Tari Aniri

Tari Aniri adalah tarian adat dari Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, yang ada sejak Indonesia merdeka. Diciptakan oleh Imayu, tarian ini bersifat sakral dan hanya dapat ditarikan oleh orang tertentu.

Tari ini menggambarkan pembebasan seorang anak dari gangguan setan setelah ditelantarkan orang tuanya. Dilakukan oleh sekelompok penari laki-laki dan wanita pada sore atau malam hari, tari ini terdiri dari empat bagian: orang tua, anak sendirian, setan yang mengganggu, dan orang tua yang mencari anaknya. Setelah bertemu, mereka mengikuti para pembebas.

Tari Aniri memiliki tiga gerakan khas: wae ndi (melindungi anak), aniri ndi (memberi makan setan), dan wapa (pembebasan anak). Penari mengenakan busana tauri (daun sagu) dihiasi bulu burung, dengan tata rias menggunakan kapur dan tanah merah. Tarian ini diiringi alat musik tifa dengan lagu awito tuo.

7. Tari Tumbu Tanah

Tari Tumbu Tanah (Dansa Tumbu Tana) adalah tarian tradisional masyarakat Arfak di Manokwari, Papua, yang menggambarkan formasi ular. Tarian ini dipentaskan untuk menyambut tamu, merayakan kemenangan perang, dan pesta pernikahan, mencerminkan jati diri masyarakat Arfak.

Terdiri dari empat sub-suku—Hattam, Sough, Moile, dan Meyakh—masing-masing menyebut tari ini dengan nama berbeda: Ibihim, Isim, Mugka, dan Manyohora. Nama Tumbu Tanah diperkenalkan oleh misionaris Jerman pada 1855.

Tari ini terinspirasi oleh Legenda Jambu Mandatjan dan melibatkan banyak peserta dari berbagai kampung. Gerakan dasarnya adalah bihim ifiri kai cut (melompat) dan yam (bergandengan tangan), disertai lagu pujian kepada roh leluhur Arfak. Berbagai suku di wilayah Kepala Burung Papua memiliki variasi gerakan dan aksesoris, dengan sebutan berbeda, seperti tari Srar oleh masyarakat sekitar Sorong.

8. Tari Yospan (Yosim Pancar)

Tari Yospan, salah satu tarian paling terkenal di Indonesia, mulai dikenal secara luas di Papua pada tahun 1980-an. Tarian ini terdiri dari dua jenis:

  1. Tari Yosim berasal dari Sarmi, dan merupakan tarian gembira yang biasanya dipentaskan dalam acara-acara bahagia.
  2. Tari Pancar berasal dari Biak dan merupakan hasil akulturasi budaya antara masyarakat Biak dan budaya luar yang muncul akibat kontak budaya.

9. Tari Seka

Tari Seka adalah tarian adat masyarakat Selatan Papua, termasuk Timika, Kaimana, dan Fakfak, yang melambangkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan mewarnai kehidupan masyarakat pesisir.

10. Tari Balengan (Ande Saira)

Tari Balengan adalah tarian pergaulan masyarakat pesisir pantai Nabire, juga dikenal sebagai Ande Saira. Awalnya, tarian ini dilakukan dalam ritual adat seperti cukur rambut atau tindik telinga. Kini, tarian ini sering ditampilkan untuk menjalin keakraban antara pemuda-pemudi.

Itulah informasi seputar Tari Tradisional di Papua. Apakah Anda semakin tertarik berkunjung ke Papua? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Papua.

Disamping itu, jika Anda sedang berada di Papua, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Cabang Papua. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Papua pada halaman berikut:

1. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Jayapura

2. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Biak

3. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Merauke

Perkuat rasa cintamu pada Indonesia dengan menambah wawasan budaya nusantara di saluran whatsapp ini.

Jelajah Nusantara

Sumber:

  1. https://www.gramedia.com/literasi/tari-tradisional-masyarakat-papua/
  2. https://www.noice.id/info-terbaru/tarian-papua/
  3. "15 Tarian Papua Beserta Asal Daerahnya" https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5648795/15-tarian-papua- beserta-asal-daerahnya.