Asal Usul Bengkulu dan Peran Pentingnya dalam Sejarah Indonesia
Bengkulu, sebuah provinsi di Pulau Sumatra, Indonesia, memiliki ibu kota di Kota Bengkulu. Pada pertengahan tahun 2024, provinsi ini berpenduduk 2.115.024 jiwa, dengan kepadatan 105 jiwa per kilometer persegi. Asal-usul nama Bengkulu berasal dari beragam sumber, termasuk bahasa asing, pelafalan masyarakat setempat, hingga cerita-cerita legenda.
Sejarah Bengkulu
Sejarah peradaban di Provinsi Bengkulu didukung oleh berbagai sumber bersejarah, termasuk sumber lisan, benda, tulisan, dan bangunan. Secara umum, sejarah Provinsi Bengkulu terbagi dalam beberapa periode:
- Masa Pra-Islam.
- Masa Masuknya Islam.
- Masa Kolonial.
- Masa Kebangkitan Nasional.
Asal Usul Nama Bengkulu
Terdapat berbagai versi mengenai asal-usul nama Bengkulu. Beberapa ahli menelusuri asal nama ini dari cerita dan legenda, sementara yang lain berdasarkan kronologi waktu.
Dalam bahasa Belanda, Bengkulu dikenal sebagai Benkoelen atau Bengkulen, sementara dalam bahasa Inggris disebut Bencoolen. Dalam bahasa Melayu, namanya adalah Bangkahulu. Ada banyak cerita terkait asal-usul nama Bengkulu, salah satunya menyebutkan bahwa nama tersebut berasal dari bahasa Melayu, di mana "bang" berarti pesisir dan "kulon" berarti barat. Seiring waktu, pengucapan "bang" berubah menjadi "ben," dan "kulon" menjadi "kulu." Sumber tradisional lainnya menyatakan bahwa Bengkulu atau Bangkahulu berasal dari kata "bangkai" dan "hulu," yang merujuk pada bangkai di hulu sungai.
Masa Pra Islam
Pada masa prasejarah, wilayah Bengkulu diperkirakan sudah dihuni oleh manusia. Pendatang dari Asia berbaur dengan manusia purba antara tahun 4000 dan 2000 SM. Sebagian menetap di pedalaman, sementara yang lain menghuni daerah pesisir. Penyebaran manusia ini menjadi cikal bakal terbentuknya Suku Bangsa Neo-Malayan, termasuk Suku Rejang (Rejang Lebong dan Bengkulu Utara), Suku Serawai/Pasemah (Bengkulu Selatan), Suku Kaur (Bintuhan), Suku Lembak (Kota Bengkulu dan sekitar Curup), serta Suku Katahun (Muko-muko).
Bukti dari masa prasejarah menunjukkan bahwa Bengkulu pernah dihuni oleh manusia dengan budaya dan tradisi megalitik. Tradisi megalitik, yang melibatkan pemujaan terhadap batu-batu besar sebagai simbol roh nenek moyang, masih dapat dilihat hingga kini di wilayah Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Selatan.
Masa Pra Islam
Kesenian beruji doll ini menginspirasi seniman Bengkulu untuk menciptakan Tari Beruji Doll, yang menggabungkan gerakan tari tradisional dengan keahlian bermain gendang doll.
Ciri khas busana para penari terletak pada penggunaan kain songket berwarna cerah di bagian bawah. Tarian ini tidak hanya dipentaskan dalam upacara Tabot, tetapi juga dalam berbagai acara budaya dan penyambutan tamu.
Awal Kedatangan Islam
Islam diperkirakan masuk ke wilayah Bengkulu pada abad ke-15 melalui Jawa. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Bengkulu telah mengenal sistem "Negara Suku," yaitu wilayah-wilayah kecil yang dipimpin oleh kepala suku. Kehadiran pedagang dan utusan Islam berhasil mendorong masyarakat lokal mengubah tatanan "Negara Suku" menjadi kesultanan atau kerajaan. Kesultanan-kesultanan yang berkembang di Bengkulu pada masa Islam, sebagaimana disebutkan dalam sumber tambo dan sejarah, antara lain: Kerajaan Selebar, Kerajaan Sungai Lemau, dan Kerajaan Sungai Serut.
Masuknya Kolonialisme
- Tahun 1664, VOC memasuki Bengkulu dan mendirikan dewan perwakilan di sana. Enam tahun kemudian, Belanda menutup sementara kantor mereka, yang baru dibuka kembali pada 1824.
- Pada 24 Juni 1685, Inggris tiba di Bengkulu dan mendarat di Pulau Tikus, sekitar 1 km dari pusat kota. Mereka tidak memasuki pelabuhan Selebar (Pulau Baai) karena kapal Sultan Banten dan Belanda sedang bersandar di sana.
- Pada 16 Agustus 1695, perjanjian antara Inggris dan Bengkulu ditandatangani. Perjanjian ini mencakup monopoli lada, izin untuk membangun loji, dan wewenang dalam mengadili penduduk. Inggris terus memperluas wilayahnya hingga ke Muko-muko.
- Pada 1692, Inggris mendirikan pos di Triamang, Lais, Ketahun, Ipuh, Bantal, dan Seblat, yang dilanjutkan dengan ekspansi ke Seluma, Manna, Kaur, dan Krui pada 1701.
- Pada 1718, Inggris membangun Benteng York dan Benteng Marlborough sebagai respons terhadap ancaman rakyat Bengkulu. Di Bantal, Muko-muko, Sultan Mansyur dan Sultan Sulaiman memimpin pemberontakan yang membuat Inggris merasa perlu membangun benteng tersebut. Pemberontakan pada 1719 akhirnya memaksa Inggris meninggalkan Bengkulu.
- Pada 1724, Inggris kembali dengan perjanjian lebih lunak yang ditandatangani pada 17 April.
- Pada 15 Desember 1793, Kapten Hamilton, pimpinan Angkatan Laut Inggris, dibunuh oleh rakyat Bengkulu. Pada 1807, mereka berhasil membunuh Residen Thomas Parr.
- Pada 17 Maret 1824, perjanjian Traktaat London ditandatangani antara Belanda dan Inggris, yang mengatur pertukaran wilayah koloni. Melalui perjanjian ini, Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda, sementara Belanda menyerahkan Singapura kepada Inggris.
Masa Setelah Kemerdekaan
Bengkulu, yang resmi menjadi provinsi pada 18 November 1968, kini memiliki sepuluh kabupaten/kota, yaitu Kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara, Mukomuko, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Kaur, dan Seluma.
Bengkulu juga memiliki tempat penting dalam sejarah Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena di provinsi ini, Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda selama empat tahun, dari 1938 hingga 1942. Di Bengkulu, Soekarno menemukan cintanya pada Fatmawati, putri dari pasangan Hasan Din, seorang tokoh Muhammadiyah Bengkulu, dan Siti Chadijah. Fatmawati lahir di Desa Malabero, Kota Bengkulu, pada 5 Februari 1923.
Soekarno menikahi Fatmawati pada tahun 1943, ketika Ibu Fatmawati berusia 20 tahun. Mereka dikaruniai lima anak: Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh Soekarnoputra. Saat Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia, Ibu Fatmawati menjadi Ibu Negara. Bendera merah putih yang dikibarkan saat Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah hasil jahitan Ibu Fatmawati.
Bengkulu diresmikan sebagai provinsi ke-26 Republik Indonesia berdasarkan UU No. 9/1967 dan Peraturan Pemerintah No. 20/1968, dengan Ali Amin sebagai gubernur pertama.
Para penari mengenakan pakaian adat Bengkulu yang terdiri dari baju longgar lengan pendek, celana panjang, dan hiasan kepala, semuanya dalam warna cerah yang senada. Tarian ini dibawakan oleh sekelompok pria dan wanita, yang membawa tongkat berhiaskan pernak-pernik di ujungnya serta selendang sebagai properti tambahan.
Zaman Kerajaan
Di wilayah Bengkulu pernah berdiri sejumlah kerajaan berbasis etnis, seperti Kerajaan Sungai Serut, Selebar, Pat Petulai, Balai Buntar, Sungai Lemau, Sekiris, Gedung Agung, dan Marau Riang. Kerajaan-kerajaan ini menjadi vazal di bawah Kesultanan Banten, dan sebagian wilayah Bengkulu juga pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura sejak abad ke-17.
Pada abad ke-12 hingga ke-13, beberapa kerajaan yang ada di Bengkulu meliputi:
- Kerajaan Selebar di sekitar Pelabuhan Pulau Baai dan Jenggalu.
- Kerajaan Sungai Serut.
- Kerajaan Sungai Lemau di Pondok Kelapa.
- Kerajaan Empat Petulai di wilayah Rejang Lebong.
- Kerajaan Inderapura.
- Kerajaan Sungai Itam di daerah Lebak.
- Kerajaan Gedung Agung dan Manau di Bengkulu Selatan.
Itulah informasi seputar Asal Usul Bengkulu. Apakah Anda semakin tertarik berkunjung ke Bengkulu? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Bengkulu.
Disamping itu, jika Anda sedang berada di Bengkulu, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Cabang Bengkulu. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Bengkulu pada halaman berikut:
Asuransi Sinar Mas Cabang Bengkulu
Perkuat rasa cintamu pada Indonesia dengan menambah wawasan budaya nusantara di saluran whatsapp ini.
Sumber:
- "Sejarah Bengkulu: Asal-usul Nama, Kerajaan, dan Masa Penjajahan ", https://medan.kompas.com/read/2022/01/27/200852878/sejarah- bengkulu-asal-usul-nama-kerajaan-dan-masa-penjajahan?page=all.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu.
- https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sejarah_Bengkulu.