December 13, 2024

Wae Rebo: Desa Adat yang Menyimpan Harmoni Alam dan Budaya

Wae Rebo, sebuah desa adat terpencil di Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, dikenal karena keunikannya yang memikat. Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, desa ini sering dijuluki "Desa di Atas Awan" karena lokasinya yang dikelilingi kabut dan gunung-gunung hijau yang memesona.

Desa ini memiliki tujuh rumah adat berbentuk kerucut, yang disebut Mbaru Niang, dan telah berusia lebih dari 1.200 tahun, melampaui 20 generasi (satu generasi dihitung 60 tahun). Pada Agustus 2012, Wae Rebo diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, mengalahkan nominasi dari 42 negara lainnya. Nama "Wae" dalam bahasa Manggarai berarti "air," sementara penulisan Waerebo tanpa spasi menjadi ciri khas identitasnya.

Sebelum pandemi Covid-19, Wae Rebo menjadi destinasi wisata favorit baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, sejak Maret hingga Juli 2020, kunjungan wisatawan dihentikan sebagai dampak pandemi. Meski demikian, pesona alam dan budaya desa ini tetap menjadikannya daya tarik yang sulit dilupakan.

Berwisata ke Wae Rebo memberikan pengalaman autentik akan kehidupan tradisional masyarakat Manggarai serta panorama alam yang luar biasa. Desa ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyuguhkan pelajaran berharga tentang kearifan lokal dan harmoni dengan alam.

Sejarah Desa Wae Rebo

Menurut legenda, nenek moyang masyarakat Wae Rebo berasal dari Minangkabau. Seorang tokoh bernama Empo Maro berlayar dari Pulau Sumatera hingga ke Labuan Bajo untuk menghindari fitnah yang mengancam nyawanya. Dalam perjalanannya, ia merantau ke beberapa tempat, termasuk singgah di Gowa, Sulawesi.

Di salah satu perjalanannya, Maro menemukan seorang istri yang kemudian diajaknya berpindah-pindah. Suatu malam, Maro bermimpi bertemu seorang tetua yang menyarankan agar ia menetap dan membangun kehidupan di Kampung Wae Rebo. Mengikuti petunjuk tersebut, Maro dan istrinya mencari dan akhirnya menemukan Kampung Wae Rebo. Mereka kemudian menetap di sana dan memulai kehidupan baru, menjadi cikal bakal masyarakat desa tersebut.

Daya TarikWae Rebo

1. Asal Usul Masyarakat Wae Rebo

Salah satu daya tarik utama Desa Wae Rebo adalah asal usul masyarakatnya yang unik. Penduduk desa ini diyakini memiliki garis keturunan dari suku Minangkabau. Menurut legenda, seorang pelaut bernama Empo Maro berlayar dari Pulau Sumatera hingga Labuan Bajo dan akhirnya memutuskan untuk menetap di Desa Wae Rebo. Cerita ini menarik perhatian wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam sejarah dan kehidupan masyarakat desa ini.

2. Bentuk Rumah Adat yang Unik

Desa Wae Rebo terkenal dengan tujuh rumah adatnya yang disebut Mbaru Niang. Rumah adat ini berbentuk kerucut menyerupai lumbung, terdiri dari lima lantai, dan beratapkan daun lontar yang ditutupi ijuk. Uniknya, rumah-rumah ini disusun mengelilingi batu melingkar yang disebut Compang, yang menjadi pusat aktivitas adat, simbol hubungan manusia dengan alam, leluhur, dan Tuhan. Selain nilai budaya yang mendalam, arsitektur Mbaru Niang menjadi daya tarik visual yang memikat dan sangat cocok untuk dijadikan spot foto estetik.

3. Pemandangan Alam yang Mempesona

Keindahan alam Desa Wae Rebo tidak perlu diragukan. Desa ini dikelilingi hamparan rumput hijau, pegunungan dengan hutan lebat, serta kabut tipis yang menambah suasana magis. Panorama alam yang menawan ini menawarkan banyak spot foto yang instagrammable, menjadikan setiap sudut Desa Wae Rebo memanjakan mata dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi wisatawan.

Tips Menuju DesaWae Rebo

Rekomendasi dan Tips Berwisata ke Desa Wae Rebo:

1. Bawa Bekal Makanan dan Cemilan

Persiapkan makanan atau cemilan sebagai antisipasi jika kamu kurang cocok dengan hidangan yang disediakan di desa.

2. Siapkan Air Minum untuk Mendaki

Bawalah air mineral, minimal satu liter atau satu botol besar, untuk menjaga hidrasi selama pendakian. Meski di tengah perjalanan terdapat sumber mata air yang bisa diminum, membawa air sendiri tetap disarankan.

3. Bawa Jas Hujan

Cuaca saat mendaki sering berubah, jadi pastikan membawa jas hujan untuk mengantisipasi hujan tiba-tiba.

4. Bawa Obat-Obatan Pribadi

Persiapkan obat-obatan pribadi, terutama jika kamu memiliki kondisi kesehatan tertentu.

5. Gunakan Jaket Tebal

Udara di Desa Wae Rebo cukup dingin, jadi bawalah jaket tebal untuk menjaga tubuh tetap hangat.

6. Pakai Sepatu atau Sandal Gunung

Gunakan alas kaki yang nyaman dan sesuai untuk medan pendakian agar perjalananmu lebih aman dan nyaman.

7. Berinteraksi dengan Anak-Anak Desa

Membawa mainan kecil atau cemilan untuk diberikan kepada anak-anak desa dapat menjadi cara menyenangkan untuk berinteraksi dengan mereka. Ini juga akan meninggalkan kesan baik selama kunjunganmu.

Itulah informasi seputar Wisata Alam di NTT, Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke NTT? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi NTT

Disamping itu, jika Anda sedang berada di NTT, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang NTT. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang NTT pada halaman berikut:

PT Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Kupang

Sumber:

  1. "Desa Wae Rebo Warisan Budaya UNESCO: Lokasi, Tips, Tarif, dan Daya Tarik" https://www.detik.com/bali/nusra/d-6640156/desa-wae-rebo-warisan-budaya-unesco-lokasi-tips-tarif-dan-daya-tarik.
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Wae_Rebo.
  3. "Desa Wae Rebo Flores, Kampung di Atas Awan yang Masih Tutup untuk Turis", https://travel.kompas.com/read/2020/08/03/180900827/desa-wae-rebo-flores-kampung-di-atas-awan-yang-masih-tutup-untuk-turis.