September 12, 2024

Tradisi Ngaben di Bali tanpa Pembakaran Jenazah

Tradisi ngaben di Bali dikenal dengan upacara pembakaran mayat. Namun, di beberapa desa di Bali, termasuk Desa Adat Pecatu di Kuta Selatan, Badung, upacara ngaben dilakukan tanpa prosesi pembakaran jenazah.

Ngaben tanpa pembakaran jenazah di Desa Adat Pecatu dilakukan karena lokasinya yang dekat dengan Pura Sad Kayangan, yaitu Pura Luhur Uluwatu. Langkah ini diambil untuk menjaga kesucian pura agar tidak tercemar oleh asap dan abu dari proses pembakaran.

Beberapa desa yang melakukan ngaben tanpa pembakaran mayat:

1. Desa Sentra Gede Buwit

Pada zaman dahulu masyarakat Desa Sentra Gede Buwit mempercayai bahwa asap dari pembakaran mayat dapat terbawa angin hingga mencapai Pura Tanah Lot. Oleh karena itu, pembakaran mayat tidak pernah dilakukan di desa tersebut. Selain itu, semua aktivitas yang melibatkan api juga dilarang.

Kepercayaan ini sangat kuat, terutama ketika terjadi kebakaran lahan di musim kemarau. Lahan di sekitar Desa Sentra Gede Buwit tampak seperti memiliki garis pemisah yang melindungi desa dari api, seolah-olah ada kekuatan yang menghentikan api di sekeliling desa.

Sekitar sepuluh tahun lalu, terjadi kebakaran hebat yang membakar habis lahan di sekitar Desa Sentra. Anehnya, api berhenti tepat di batas terluar desa, seolah-olah percikan api langsung padam begitu menyentuh sisi luar desa.

Karena tidak ada prosesi ngaben di Desa Sentra Gede Buwit, jenazah hanya dikuburkan dengan posisi bebas. Tanah bekas kuburan harus diratakan sehingga tidak membentuk gundukan.

2. Desa Sentra Gede Buwit

Desa Lemukih adalah salah satu desa tua di Kabupaten Buleleng. Masyarakat di desa ini meyakini larangan membakar jenazah saat prosesi ngaben,hal ini dikenal dengan sebutan Bilo Tanem atau Mratiwi. Larangan ini masih dijalankan hingga kini.

Tradisi tidak membakar jenazah ini telah dilaksanakan secara turun-temurun. Filosofi di balik kepercayaan ini adalah agar jasad yang berasal dari unsur pertiwi dapat kembali ke pertiwi, atau dengan kata lain, 'mencium bunda pertiwi.

Pada awalnya, ngaben di Desa Lemukih disebut dengan pemuunan, yang berarti pembakaran. Namun, saat proses pembakaran jenazah dilakukan, terjadi kejadian aneh di mana api selalu padam dan tidak dapat menyala, serta jenazah di dalam peti tiba-tiba mengeluarkan keringat. Sejak saat itu, pembakaran jenazah tidak lagi dilakukan dalam prosesi ngaben di desa ini.

3. Desa Adat Besakih

Ngaben di Desa Adat Besakih tidak menggunakan petulangan, sehingga tidak ada istilah ngebet, dan pembakaran jenazah pun tidak diperkenankan. Jenazah hanya dikubur, atau mekingsan di geni, karena desa ini berada dekat dengan Pura Agung Besakih.

Ngaben massal di Desa Adat Besakih diikuti oleh semeton Pasek, Tangkas Kori Agung, Pande, Bendesa Manik Mas, dan lainnya. Pengabenan massal ini diadakan setiap lima tahun sekali.

4. Desa Adat Besakih

Masyarakat Desa Adat Pinggan di Kecamatan Kintamani masih melestarikan sejumlah tradisi warisan leluhur dalam pelaksanaan ngaben. Salah satunya adalah tradisi ngemilang nasi. Tradisi ini dilaksanakan sebagai bagian dari upacara ngaben sebelum prosesi menaikkan jenazah ke atas Bade.

Tradisi ngemilang nasi dilakukan dalam rangkaian upacara ngaben, baik secara mandiri maupun massal. Dalam tradisi ini, satu orang warga bertugas sebagai pelaku maling nasi. Warga yang boleh menjadi pelaku maling nasi adalah orang di luar keluarga inti yang melaksanakan upacara.

Itulah informasi seputar Tradisi Ngaben di Bali tanpa Pembakaran Jenazah. Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke Bali? 

Disamping itu, jika Anda sedang berada di Bali, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Bali. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Bali pada halaman berikut: 

 1. Asuransi Sinar Mas Cabang Denpasar

2. PT. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Agency
   Denpasar

3. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Gianyar

4. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Agency
   Nusa Dua - Bali

Sumber:

  1. https://www.traveloka.com/id-id/explore/activities/rekomendasi-tempat-nonton-tari-kecak-di-bali-ta/285449.
  2. https://www.uluwatukecakdance.com/cerita-tari-kecak-uluwatu/.
  3. https://website.pantaimelasti.com/berita/tari-kecak-titi-situ-banda-pantai-melasti.
  4. "Indahnya Tari Kecak di GWK", https://www.kompasiana.com/ahmad97064/644b6150a7e0fa519829a6e2/menyaksikan-tarian-kecak-di-gwk?page=1&page_images=1.