Menelusuri Sejarah dan Budaya Maluku: Dari Pusat Perdagangan hingga Kemerdekaan
Maluku, dengan ibu kota di Ambon, terletak di selatan Kepulauan Maluku dan berbatasan dengan Laut Seram, Samudra Hindia, Laut Arafura, Papua, dan Sulawesi. Pada akhir 2023, populasi provinsi ini mencapai 1.911.943 jiwa, menjadikannya provinsi ke-28 terbanyak di Indonesia.
Sebagai pusat perdagangan cengkih dan pala, Maluku dijuluki "Kepulauan Rempah." Kekayaan ini menarik pedagang dari Tiongkok, Arab, hingga Eropa, yang akhirnya membawa kolonialisme, dimulai oleh Portugis hingga Hindia Belanda.
Penamaan
Jazirah al-Mulk
Istilah "Jazirah al-Mulk," yang diberikan oleh para saudagar Arab, berarti "negeri raja-raja." Ada juga istilah "Jazirah tuil Jabal Mulku," yang merujuk pada Pulau Halmahera sebagai pulau utama di kawasan ini.
Moloku Kie Raha
Nama Maluku mungkin berasal dari konsep "Maluku Kie Raha." "Raha" berarti empat, dan "kie" berarti gunung, mengacu pada empat pulau bergunung: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo (Halmahera). Masing-masing pulau dipimpin oleh seorang Kolano, yang kemudian bergelar Sultan. Ada beberapa teori tentang asal-usul kata "Maluku." "Moloku" berarti "menggenggam," berasal dari kata "Loku," satuan dalam perdagangan.
Berdasarkan ini, "Moloku Kie Raha" dapat berarti "persatuan empat kerajaan." Namun, "Loku" berasal dari bahasa Melayu. Teori lain menyebutkan "Maloko" sebagai gabungan "Ma" (penunjang) dan "Loko" (dunia), sehingga "Maloko Kie Raha" berarti "dunia dengan empat gunung."
Sejarah Maluku
Maluku memiliki sejarah panjang di bawah kekuasaan asing selama lebih dari 2.300 tahun, dikuasai berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol, dan Belanda, serta menjadi medan pertempuran Jepang dan Sekutu pada Perang Dunia II.
Penduduk Banda telah berdagang rempah-rempah, seperti cengkih dan pala, dengan negara-negara Asia sejak zaman Romawi. Dengan masuknya Islam, perdagangan dikuasai pedagang Muslim. Bangsa Venesia kemudian memonopoli rempah-rempah antara 1200-1500, disusul eksplorasi Eropa oleh Portugal yang memicu persaingan dengan Spanyol, Inggris, dan Belanda. Konflik ini mencapai puncaknya ketika Inggris menukar Pulau Manhattan dengan Banda, dan akhirnya Belanda menguasai kepulauan tersebut.
Pembentukan dan Budaya Maluku
Kepulauan Maluku terbentuk antara 150 ribu hingga satu juta tahun lalu dan mulai dihuni sekitar 30.000 tahun lalu oleh bangsa Austronesia-Melanesia. Budaya prasejarah di Maluku dimulai dari budaya Batu Tua hingga budaya perunggu dan besi, yang meninggalkan nekara, kapak perunggu, dan patung, banyak di antaranya hasil perdagangan dengan Asia Tenggara dan Tiongkok.
Prasejarah
Menurut penyelidikan geologis, Kepulauan Maluku terbentuk antara 150 juta hingga satu juta tahun lalu, dengan Pulau Seram sebagai yang tertua. Cerita rakyat menyebut Gunung Nunusaku di Seram sebagai asal manusia awal, Alifuru, yang menyebar ke pulau-pulau lain dan menurunkan suku Alune dan Wemale. Di Kepulauan Kei, diyakini manusia asli tinggal di gua dan pohon sebelum lenyap menjadi makhluk halus.
Masyarakat Ambon-Lease percaya moyang mereka berasal dari Nunusaku, sementara orang Kei menyebut Seram dan Papua. Penelitian menunjukkan bahwa penduduk Maluku berasal dari bangsa Austromelanesia, Proto-Melayu, Deutero-Melayu, dan Mongoloid, yang singgah dan menetap di Maluku.
Prapenjajahan
Maluku menjadi pusat perdagangan dunia karena rempah-rempahnya, terutama pala dan cengkih, yang diminati pedagang Barat. Dua jalur utama, jalur sutra dan jalur rempah, melewati Maluku, menarik pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, dan Tiongkok. Pada abad ke-7, Tiongkok menguasai perdagangan rempah, diikuti oleh Arab dan Persia yang juga memperkenalkan abjad dan angka Arab ke Maluku. Sriwijaya menguasai Maluku pada abad ke-12, disusul Majapahit pada abad ke-14, ketika pedagang Jawa mengambil alih perdagangan dan Islam mulai menyebar di kalangan penduduk.
Empat kerajaan besar di Maluku Utara—Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo—sudah ada sejak abad ke-13. Ternate dan Tidore memegang peranan penting, dengan Ternate menguasai wilayah barat Seram dan Ambon, dan Tidore menguasai wilayah timur Seram. Persaingan mereka untuk bekerja sama dengan mitra Barat memicu masuknya kekuasaan asing. Wilayah Ternate dikenal sebagai Uli Lima, sedangkan wilayah Tidore disebut Uli Siwa.
Masa Penjajahan Portugis
Setelah menaklukkan Melaka pada 1511, Portugis di bawah Francisco Serrão mencari Kepulauan Maluku, beraliansi dengan Ternate pada 1512. Mereka membangun loji dan benteng di Ambon dan Banda, yang menjadi pusat perdagangan dan tempat penginjilan serta perkawinan campur.
Masa Penjajahan Spanyol
Kedudukan Portugis terguncang oleh kedatangan Spanyol pada 1521, yang bersekutu dengan Tidore. Konflik diakhiri dengan Perjanjian Saragosa pada 1529. Selama kekuasaannya, Portugis memperkenalkan teknologi Eropa, tanaman asing, dan pendidikan barat. Pada 1545, Sultan Ternate menyerahkan Maluku kepada Portugal, tetapi kekuasaan Portugis berpindah ke Ambon setelah Baabullah mengusir mereka pada 1575. Spanyol kembali ke Maluku pasca-Uni Iberia pada 1580, tetap bersekutu dengan Tidore.
Masa Penjajahan Belanda
Rakyat Maluku melawan Portugis, memberi peluang bagi Belanda untuk masuk. Pada 1605, Belanda memaksa Portugis menyerahkan pertahanan Ambon dan Tidore, serta menghancurkan benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, sehingga menguasai sebagian besar Maluku.
Kedudukan Belanda semakin kuat dengan berdirinya VOC pada 1602, menjadikannya penguasa tunggal di Maluku. Di bawah Jan Pieterszoon Coen, VOC menguasai perdagangan cengkih selama hampir 350 tahun dan mengusir pesaing seperti Portugis, Spanyol, dan Inggris, yang menyebabkan banyak korban di Maluku.
Pada awal 1800, Inggris mulai menyerang dan menguasai wilayah Belanda, termasuk Ternate dan Banda. Meskipun Inggris menguasai Maluku pada 1810, Konvensi London 1814 memaksa mereka menyerahkan kembali jajahan Belanda, dan sejak 1817, Belanda kembali mengatur kekuasaannya di Maluku.
Masa Penjajahan Britania Raya
Pada 17 Februari 1796, VOC menyerah kepada Laksamana Britania Raya, Pieter Ramier, dan Kota Ambon menjadi bagian dari Britania Raya hingga 1803.
Masa Penjajahan Jepang
Pecahnya Perang Pasifik pada 7 Desember 1941 menandai dimulainya penjajahan Jepang. Jepang dengan cepat menguasai Kepulauan Maluku, masuk dari Morotai di utara dan Misool di timur. Selama Perang Dunia II, tentara Australia bertempur melawan Jepang di Tawiri, yang kini memiliki monumen di dekat Bandara Pattimura.
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai provinsi. Namun, Belanda (NICA) segera menghidupkan kembali pemerintahan kolonial di Maluku. Setelah pengakuan kedaulatan pada 1949, Belanda mendukung pembentukan Republik Maluku Selatan (RMS).
Itulah informasi seputar Sejarah dan Budaya Maluku. Apakah Anda semakin tertarik berkunjung ke Maluku? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Maluku.
Disamping itu, jika Anda sedang berada di Maluku, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Cabang Maluku. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Maluku pada halaman berikut:
Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Ambon
Perkuat rasa cintamu pada Indonesia dengan menambah wawasan budaya nusantara di saluran whatsapp ini.
Sumber:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Provinsi_Maluku.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Maluku.
- https://indonesiakitakaya.wordpress.com/provinsi/sejarah-maluku/