February 11, 2025

Nusa Tenggara Barat: Provinsi dengan Kekayaan Budaya dan Sejarah yang Mendalam

Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah provinsi kepulauan di tenggara Indonesia, terdiri dari dua pulau utama: Lombok di barat dan Sumbawa di timur. Kedua pulau ini memiliki karakteristik alam, sosial ekonomi, dan budaya yang saling melengkapi.

NTB terletak di tengah Kepulauan Nusa Tenggara, antara provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur, dengan Kota Mataram sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki delapan kabupaten dan dua kota, dengan populasi mencapai 5.576.992 jiwa pada pertengahan 2023 dan kepadatan 264 jiwa/km².

Sejak awal kemerdekaan, NTB merupakan bagian dari Provinsi Sunda Kecil, yang kemudian dibagi menjadi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Penduduk Lombok mayoritas suku Sasak, sementara suku Bima (Mbojo) dan suku Sumbawa mendominasi pulau Sumbawa.

Arti Lambang

Lambang Nusa Tenggara Barat, yang berlatar belakang perisai sebagai simbol jiwa pahlawan, terdiri dari enam unsur:

  1. Bintang: melambangkan lima sila Pancasila.
  2. Kapas dan padi: selain melambangkan kemakmuran, juga menandai tanggal pembentukan provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu 14 Agustus 1958, yang diwakili oleh jumlah kuntum dan untaian padi sebanyak 58.
  3. Rantai: terdiri dari empat lingkaran dan lima segi empat, melambangkan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan RI.
  4. Menjangan: satwa yang banyak ditemukan di Pulau Sumbawa.
  5. Gunung berasap: melukiskan kemegahan Gunung Rinjani, gunung tertinggi di Lombok.
  6. Kubah: melambangkan ketaatan beragama masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sejarah NTB

Keberadaan status provinsi NTB tidak datang dengan sendirinya, melainkan hasil perjuangan yang panjang. Sebelumnya, NTB menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur dan Provinsi Sunda Kecil setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.

Setelah mengalami beberapa perubahan sistem ketatanegaraan pasca-Kemerdekaan, NTB resmi menjadi provinsi pada 14 Agustus 1958, berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958. Gubernur pertamanya, AR. Moh. Ruslan Djakraningrat, memimpin saat pemerintahan beroperasi berdasarkan Undang-Undang Negara Indonesia Timur dan Undang-Undang Pemerintahan Daerah.

Meskipun secara formal dibentuk pada 14 Agustus 1958, pemerintahan NTB baru berjalan tanpa tumpang tindih hukum setelah likuidasi Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa pada 17 Desember 1958. Seiring waktu, berbagai proses konsolidasi kekuasaan dan pemerintahan berlangsung.

1. Gubernur Roeslan Tjakraningrat (1958-1966)

Menghadapi krisis pangan dan kelaparan, dengan sekitar 10.000 jiwa meninggal di Lombok Selatan pada 1959. Pada 1965-1966, bencana kelaparan melanda kembali, namun Roeslan berupaya memperkuat pemerintahan dan nasionalisme.

2. Gubernur H.R. Wasita Kusumah (1966-1978)

Meneruskan penanggulangan kemiskinan dan kelaparan melalui program Gugus Tugas Lombok, membangkitkan keyakinan masyarakat terhadap pembangunan.

3. Gubernur Brigjen TNI (Purn) Gatot Soeherman (1978-1988)

Mencapai swasembada beras pada 1984 berkat Operasi Tekad Makmur (OTM) di Lombok Selatan.

4. Gubernur Drs. H. Warsito, S.H., MM. & Drs. H. Lalu Srigede (1988-1998)

Melanjutkan swasembada beras dan mengembangkan sektor pariwisata serta infrastruktur.

5. Gubernur H. Harun Al Rasyid, M.Si. – Drs. H. Lalu Azhar (1998-2003)

Memanfaatkan era otonomi untuk pengelolaan sumber daya lokal melalui program GEMA PRIMA.

6. Gubernur Drs. H. Lalu Serinata – Drs. H. Bonyo Thamrin Rayes (2003-2008)

Fokus menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan infrastruktur serta indeks pembangunan manusia.

7. Gubernur DR. TGH. Muhammad Zainul Majdi – Ir. H. Badrul Munir, MM. & H. Muhammad Amin, SH., M.Si. (2008-2018)

Gubernur pertama terpilih langsung, melaksanakan program pengurangan kemiskinan dan meningkatkan IPM.

8. Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc. – Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd.

Membangun NTB gemilang dengan fokus pada industrialisasi, posyandu keluarga, dan pengembangan wisata. Proses pembangunan membutuhkan waktu yang tidak instan.

Masuknya Islam ke Kerajaan Lombok

Di bawah Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putra Sunan Ratu Giri, datang untuk mengislamkan Lombok. Meskipun awalnya banyak penduduk yang kembali ke kepercayaan Pagan setelah Prapen pergi, ia kembali dengan Raden Sumuliya dan Raden Salut untuk mendirikan gerakan dakwah. Akhirnya, seluruh Lombok memeluk Islam, kecuali beberapa daerah yang tetap mempertahankan adat lama.

Prabu Rangkesari memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang untuk mendapatkan lokasi yang lebih strategis. Kerajaan Selaparang berkembang pesat dalam budaya, dengan pengaruh Bahasa Kawi dan penciptaan aksara Sasak. Lontar-lontar Sasak berisi prinsip kepemimpinan yang penting.

Kemajuan Kerajaan Selaparang mengancam Kerajaan Gelgel di Bali. Meskipun Gelgel menyerang Selaparang pada 1520, mereka gagal dan mencoba infiltrasi dengan mendirikan pemukiman. Namun, upaya mereka terhambat oleh kelemahan internal kerajaan Hindu itu sendiri.

Masuknya Kolonialisme

Kedatangan VOC Belanda yang menguasai perdagangan di utara membuat Gowa menutup jalur perdagangan selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang serta mendirikan Kerajaan Manggarai. Gowa dan Gelgel menandatangani Perjanjian Saganing pada 1624 untuk mencegah kerja sama dengan Belanda.

Setelah pergantian pemimpin, Gowa beraliansi dengan Mataram untuk melawan Belanda, yang mulai mendekati Gelgel. Gowa kembali ke Lombok pada 1640 dan mengangkat Pangeran Selaparang, Mas Pemayan, sebagai raja muda Gowa.

Perang dengan Belanda tak terhindarkan, dan Gowa harus menerima Perjanjian Bungaya pada 1667. Meski Selaparang menang melawan Gelgel, kekuatan baru dari Karang Asem muncul. Raden Arya Banjar Getas, patih Selaparang, meninggalkan kerajaan dan bergabung dengan Pejanggik, mengundang Ekspedisi Karang Asem yang menghancurkan Selaparang pada 1672.

Selaparang jatuh tiga tahun setelah perang dengan Belanda, dan pada 1686, Kerajaan Pejanggik dihancurkan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem, menjadikannya penguasa tunggal di Lombok.

Itulah informasi seputar Sejarah Nusa Tenggara Barat. Apakah Anda semakin tertarik berkunjung ke Nusa Tenggara Barat? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Nusa Tenggara Barat.

Disamping itu, jika Anda sedang berada di Nusa Tenggara Barat, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Cabang Mataram. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Mataram pada halaman berikut:

Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Mataram

Sumber:

  1. https://www.metrontb.com/ntb/8187786865/sejarah-singkat-provinsi-ntb.
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat.
  3. https://www.batukarinfo.com/wiki/nusa-tenggara-barat.