Mengenal Gorontalo: Sejarah, Legenda Nama, dan Sistem Pemerintahan Adat
Gorontalo, sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Semenanjung Minahasa, bagian utara Pulau Sulawesi, memiliki ibu kota di Kota Gorontalo. Provinsi ini resmi berdiri pada 5 Desember 2000 melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000. Kota Gorontalo berperan sebagai pusat pemerintahan serta pusat ekonomi dan perdagangan terbesar di Kawasan Teluk Tomini. Berdasarkan data Sensus BPS 2022, jumlah penduduk Gorontalo mencapai 1.192.737 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan penduduk tahunan sebesar 1,16%.
Gorontalo merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur, bersama Ternate dan Bone. Seiring berkembangnya Islam, Gorontalo juga menjadi pusat pendidikan dan perdagangan bagi daerah-daerah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulawesi Tengah), hingga Sulawesi Tenggara. Letaknya yang strategis, menghadap Teluk Tomini di selatan dan Laut Sulawesi di utara, menjadikan Gorontalo pusat penting di kawasan ini.
Sejarah Gorontalo
Berdasarkan laman resmi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Gorontalo, wilayah ini memiliki sejarah panjang yang terbentang ratusan tahun. Jazirah Gorontalo terbentuk sekitar 400 tahun lalu, menjadikannya salah satu kota tua di Sulawesi, selain Makassar, Pare-pare, dan Manado. Julukan "Serambi Madinah" bagi Kota Gorontalo muncul pada masa itu, karena kota ini dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Indonesia Timur, bersama Ternate dan Bone.
Simak penjelasan sejarah Gorontalo sebagai berikut:
Asal Mula Penamaan Gorontalo
Berdasarkan hikayat para tetua adat, wilayah Gorontalo dulunya adalah sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan. Seiring berjalannya waktu, air laut surut, diikuti kemunculan tiga gunung dari permukaan. Ada beberapa versi asal usul nama Gorontalo yang sering diceritakan secara turun-temurun:
- Hulontalangi: Nama ini berarti "Lembah Mulia," berasal dari dua kata, "Huluntu" (lembah) dan "Langi" (mulia).
- Daratan yang Tergenang: Versi lain dari "Hulontalangi" bermakna "Daratan yang Tergenang Air." Kata ini berasal dari "Huntu" (onggokan tanah) dan "Langi-langi" (tergenang), mencerminkan legenda setempat tentang wilayah ini.
- Huidu Totolu / Goenong Tello: Nama ini berarti "Tiga Gunung," merujuk pada tiga gunung purba di Gorontalo, yakni Gunung Malenggalila, Gunung Tilonggabila (kemudian menjadi Tilongkabila), dan satu gunung tanpa nama. Lembah di selatan Gunung Tilongkabila disebut "Hulontalangi" atau "Hulontalo," yang menjadi cikal bakal Kota Gorontalo. Dalam peta dan literatur Portugis serta Belanda, wilayah ini sering disebut "Goenong-Tello."
- Pogulatalo: Artinya "Tempat Menunggu," yang kemudian berubah menjadi "Hulatalo" dalam pengucapan masyarakat setempat.
- Holontalo / Hulontalo: Nama ini diduga berasal dari Kerajaan Hulontalo pada masa lampau. Nama Gorontalo digunakan oleh para penjelajah Portugis dan Belanda, yang menyerap kata ini dari "Holontalo" atau "Hulontalo.
- Gunung Telu: Nama "Gunung Telu," yang berarti tiga gunung, juga dianggap sebagai asal usul nama Gorontalo. Menurut sejarah, di semenanjung Gorontalo terdapat tiga gunung purba, yaitu Gunung Malenggalila, Gunung Tilonggabila, dan satu gunung tanpa nama. Beberapa sumber menyebutkan bahwa nama Gorontalo berasal dari istilah "Huidu Totolu," yang berarti Gunung Telu.
- Hunto: Asal usul lainnya adalah "Hunto," yang berarti tempat yang selalu digenangi air. Dari berbagai versi tersebut, asal usul pasti nama Gorontalo tidak dapat dipastikan. Namun, kata "Hulondalo" masih digunakan oleh masyarakat Gorontalo hingga kini. Orang Belanda yang kesulitan mengucapkan kata tersebut mengadaptasinya menjadi "Horontalo," yang kemudian ditulis sebagai Gorontalo.
Masa Kerajaan
Kerajaan Gorontalo awalnya berpusat di Kelurahan Hulawa, Kecamatan Telaga, di tepi Sungai Bolango. Pada tahun 1024 H, kerajaan ini dipindahkan ke Dungingi, Kelurahan Tuladenggi, Kecamatan Kota Barat. Di masa pemerintahan Sultan Botutihe, pusat kerajaan dipindahkan lagi ke wilayah antara Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Letaknya yang strategis menjadikan Gorontalo pusat pendidikan, perdagangan, dan penyebaran Islam, dengan pengaruh yang meluas ke wilayah sekitarnya. Gorontalo bahkan menjadi pusat pemerintahan di Sulawesi Utara, Afdeling Gorontalo, yang meliputi Gorontalo, Buol Toli-Toli, Donggala, dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan, Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan. Kerajaan-kerajaan ini tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut “Pohala’a.” Ada lima pohala’a di Gorontalo:
- Pohala’a Gorontalo.
- Pohala’a Limboto.
- Pohala’a Suwawa.
- Pohala’a Boalemo.
- Pohala’a Atinggola.
Sistem Pemerintahan Adat Kerajaan
Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan di Gorontalo, sistem pemerintahan bersifat monarki konstitusional, yang pada awalnya berakar pada kekuasaan rakyat, diwakili oleh Linula, yang mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi. Pemerintahan kerajaan terbagi menjadi tiga bagian dalam kerjasama yang dikenal sebagai "Buatula Totolu," yaitu:
- Buatula Bantayo: Dipimpin oleh Bate, bertugas merumuskan peraturan dan menetapkan tujuan kerajaan.
- Buatula Bubato: Dipimpin oleh Raja (Olongia), bertugas menerapkan peraturan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Buatula Bala: Awalnya dipimpin oleh Pulubala, bertanggung jawab dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Olongia Lo Lipu (Raja atau Sultan) adalah kepala pemerintahan tertinggi, tetapi tidak memiliki kekuasaan mutlak. Raja atau Sultan dipilih oleh Bantayo Poboide dan dapat diberhentikan oleh Bantayo Poboide. Masa jabatan Raja atau Sultan tidak ditentukan secara tetap dan bergantung pada penilaian Bantayo Poboide. Ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam kerajaan berada pada Bantayo Poboide, yang mencerminkan kekuasaan rakyat.
Jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan kerajaan Gorontalo meliputi:
- "Patila" (Mangku Bumi): Selanjutnya dikenal sebagai Jogugu.
- "Wulea Lo Lipu" (Marsaoleh): Setara dengan camat.
- "Bate": Pemimpin Badan Musyawarah Rakyat (Bantayo Poboide). Setiap kerajaan memiliki Bantayo Poboide sebagai tempat musyawarah untuk mengolah dan merumuskan persoalan negeri.
Tugas Bantayo Poboide meliputi:
- Menetapkan adat dan hukum adat.
- Mendampingi dan mengawasi pemerintah.
- Menggugat Raja.
- Memilih dan menobatkan Raja serta pejabat lainnya.
Bantayo Poboide menggunakan prinsip musyawarah dan mufakat untuk mencapai keputusan bersama dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Ini menggambarkan sistem pemerintahan kerajaan Gorontalo yang berlandaskan kekuasaan rakyat atau demokrasi.
Itulah informasi seputar Sejarah Gorontalo, Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke Gorontalo? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Gorontalo
Disamping itu, jika Anda sedang berada di Gorontalo, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Gorontalo. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Gorontalo pada halaman berikut:
Asuransi Sinar Mas Cabang Gorontalo
Sumber:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Gorontalo.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/sejarah-gorontalo_indonesia/.
- "Sejarah dan Asal Usul Nama Gorontalo, Hulua Lu Tola hingga Hulontalangi", https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/08/200500523/sejarah-dan-asal-usul-nama-gorontalo-hulua-lu-tola-hingga-hulontalangi?page=all.