Tradisi Unik Suku Dayak Kalimantan Tengah: Lima Ritual Besar yang Patut Diketahui
Suku Dayak di Kalimantan Tengah memiliki berbagai tradisi unik, terbagi dalam sub-suku seperti Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Ma'anyan, Dayak Lawangan, Dayak Taboyan, Dayak Siang, dan lainnya. Setiap sub-suku memiliki ritual khasnya sendiri, yang umumnya dibagi menjadi dua kategori besar: ritus kehidupan dan kematian. Dari keseluruhan ritual ini, lima di antaranya merupakan ritual besar yang melibatkan banyak orang dan dana. Apa saja ritual-ritual tersebut?
1. Tiwah
Tiwah, atau Tiwah Lale, juga dikenal sebagai magah salumpuk liau uluh matei, adalah upacara kematian dalam agama Kaharingan yang dilakukan oleh suku Dayak Ngaju dan sub-suku Dayak lainnya di Kalimantan Tengah. Ritual ini dilaksanakan untuk orang yang telah lama meninggal dan dikubur selama 7-10 tahun, karena yang diperlukan dalam ritual Tiwah adalah tulang-belulang. Setelah menunggu waktu yang cukup lama, makam digali, berbagai ritual dilakukan, dan tulang-belulang tersebut diletakkan dalam 'Sandung' atau 'Pambak'.
Tiwah merupakan ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat Dayak, khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan. Upacara ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan roh menuju Lewu Tatau, yang berarti surga dalam bahasa Sangiang, serta memastikan roh tentram di alam Sang Kuasa. Selain itu, ritual ini juga menghilangkan kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan dan melepas status janda atau duda bagi pasangan yang telah berkeluarga.
2. Pakanan Sahur Lewu
Upacara Pakanan Sahur Lewu adalah ritual persembahan untuk menghormati leluhur yang dianggap menjaga kampung. Tujuan upacara ini adalah melindungi desa dari bahaya dan memastikan keamanan.
'Pakanan' berarti memberikan sesajen kepada leluhur atau orang suci, sedangkan 'sahur' merujuk pada leluhur atau dewa yang dipercaya memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah, dan anugerah. 'Lewu' berarti kampung atau desa.
Melalui ritual ini, masyarakat diharapkan dapat hidup dengan tenteram, rukun, damai, dan memperoleh rezeki yang melimpah. Upacara ini biasanya dilaksanakan sekali setahun setelah panen, bertepatan dengan tahun baru kalender Dayak sekitar bulan Mei menurut Kalender Masehi.
3. Nahunan
Nahunan adalah salah satu ritus dalam siklus kehidupan masyarakat Dayak Ngaju, khususnya bagi pemeluk kepercayaan Kaharingan. Tujuan utama dari Nahunan adalah memberikan nama kepada anak dan memohon berkah, keselamatan, serta rezeki yang melimpah dari Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa).
Ritual ini disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga yang menyelenggarakannya. Selain menyiapkan sesajen untuk roh leluhur dan Ranying Hatalla Langit, penyelenggara harus memperhitungkan konsumsi untuk tamu yang diundang, termasuk keluarga dan kerabat dekat. Nahunan juga berfungsi sebagai sarana bersosialisasi, mempererat hubungan keluarga dengan orang-orang di lingkungan sekitar serta keluarga yang jauh. Jumlah tamu yang hadir sering kali mencerminkan status sosial keluarga penyelenggara dalam komunitas.
Nahunan merupakan ritual mandi bayi yang dilakukan sesuai kebiasaan Suku Dayak. Ritual ini, yang berasal dari kata 'nahun' yang berarti tahun, umumnya diadakan untuk bayi yang berusia satu tahun atau lebih. Selain pemberian nama, Nahunan juga berfungsi sebagai upacara membayar jasa bidan yang membantu persalinan.
4. Manyanggar
Manyanggar adalah ritual keagamaan Kaharingan yang dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan Tengah. Tujuan utamanya adalah menetapkan rambu-rambu atau tapal batas antara manusia dan roh halus untuk mencegah gangguan antara keduanya dan menghormati batasan kehidupan makhluk lain. Ritual ini menjadi tradisi penting bagi masyarakat Dayak yang menganut Kaharingan, karena mereka percaya bahwa dunia ini dihuni oleh makhluk tak kasat mata.
Istilah 'manyanggar' berasal dari kata 'sangga', yang berarti batasan atau rambu-rambu. Dengan demikian, upacara manyanggar bertujuan untuk menetapkan batas-batas antara kehidupan manusia dan makhluk gaib.
Ritual ini umumnya dilakukan sebelum membuka lahan baru untuk pertanian atau tempat tinggal, untuk memastikan bahwa batas-batas kehidupan dihormati dan menghindari gangguan antara manusia dan roh halus.
5. Pakanan Batu
Tradisi Dayak Pakanan Batu adalah ritual tradisional yang diadakan setelah panen ladang atau sawah. Ritual ini bertujuan sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada peralatan yang digunakan selama proses bercocok tanam, mulai dari pembersihan lahan hingga panen.
Dalam upacara ini, batu menjadi objek yang dihormati. Batu dianggap sebagai sumber energi yang dapat mengasah dan mempertajam alat-alat bercocok tanam seperti parang, balayung, kapak, dan ani-ani. Selain itu, batu juga dianggap memberikan perlindungan selama pekerjaan bercocok tanam, sehingga para petani merasa berterima kasih karena selama proses tersebut mereka tidak mengalami luka atau musibah.
Itulah informasi seputar Tradisi Unik Suku Dayak di Kalimantan Tengah, Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke Kalimantan Tengah? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Kalimantan Tengah
Disamping itu, jika Anda sedang berada di Kalimantan Tengah, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Kalimantan Tengah. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Kalimantan Tengah pada halaman berikut:
1. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Palangkaraya
2. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Sampit
3. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Ketapang
4. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Pangkalan Bun
Sumber:
- https://www.liputan6.com/regional/read/5175371/5-ritual-besar-suku-dayak-di-kalimantan-tengah?page=3.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Tiwah.
- https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=547.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Manyanggar.
- https://visit.kalteng.go.id/pakanan-batu/.