Seni dan Tradisi Masyarakat Banjarmasin: Menyelami Keberagaman Budaya Banjar
Seni tradisional Banjarmasin merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat suku Banjarmasin. Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar menunjukkan perpaduan budaya yang khas, seperti halnya pada alat rumah tangga, transportasi, tarian, nyanyian, dan lain sebagainya. Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai bentuk seni, mulai dari Seni Klasik, Seni Rakyat, hingga Seni Religius. Meskipun pengembangannya belum sepenuhnya maksimal, suku Banjar telah mengembangkan beragam cabang seni dan budaya yang cukup lengkap.
Budaya dan tradisi masyarakat Banjarmasin adalah hasil asimilasi yang telah berlangsung selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kepercayaan Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Persia. Pengaruh ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Banjarmasin, terutama melalui seni, tarian, musik, pakaian, permainan, dan upacara tradisional. Adat istiadat Banjar, yang kuat dengan nilai-nilai Islam, terus terjaga dan dipertahankan, terlihat jelas dalam aktivitas sehari-hari mereka. Hal ini juga dapat disaksikan melalui berbagai pentas seni Banjar, seperti tari-tarian dan lagu-lagu, yang sering ditampilkan dalam acara resmi.
Dari banyaknya kesenian di Banjarmasin, berikut beberapa kesenian yang terkenal:
1. Madihin
Seni Madihin adalah pertunjukan monolog oleh satu atau dua seniman tradisional yang merangkai syair dan pantun dengan iringan gendang khas Banjar. Pertunjukan ini sering menyampaikan sindiran dan pesan sosial serta moral melalui kata-kata yang lucu dan menggelitik.
Sebagai salah satu kesenian khas Banjarmasin, Madihin tetap diminati di era milenial ini. Kesenian ini masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya, terbukti dengan penampilannya pada acara Ragam Pesona Budaya Banjar 2021 yang disiarkan secara virtual pada 11 Juni 2021, dan kehadirannya yang semakin populer di media sosial di kalangan anak muda.
Madihin berbentuk pantun atau syair yang dinyanyikan dengan iringan pukulan gendang. Kata "Madihin" berasal dari bahasa Arab "Madah," yang berarti nasihat atau pujian.
Syair-syair dan pantun dalam Madihin berisi nasihat, pujian, sindiran, dan humor. Syair yang berisi nasihat biasanya mengandung kritik terhadap perilaku yang tidak pantas, sekaligus berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi pendengar. Sedangkan syair yang berupa pujian, sindiran, dan humor merupakan bentuk seni kreatif yang bertujuan menghibur.
Biasanya, Madihin dibawakan oleh dua atau tiga seniman di lapangan terbuka atau dalam gedung pertunjukan, dengan durasi satu hingga dua jam, terutama di malam hari. Namun, di era modern ini, Madihin dapat dinikmati kapan saja melalui media sosial.
2. Mamanda
Mamanda adalah seni teater tradisional dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang dikenal karena sifatnya yang dinamis dan fleksibel. Seni teater ini dapat dipadukan dengan unsur kesenian populer, seperti musik pop. Dalam pertunjukan Mamanda, musik biola dan gendang biasanya mengiringi aksi di panggung. Sebagai teater tradisional Banjar, Mamanda mengangkat cerita tentang kehidupan masyarakat, perjuangan kemerdekaan, serta kritik sosial dan politik yang berkembang.
3. Jepen
Jepen adalah kesenian rakyat Kutai yang dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Islam. Kesenian ini sangat populer di kalangan penduduk pesisir Sungai Mahakam dan daerah pantai. Tari Jepen umumnya ditarikan secara berpasangan, tetapi juga dapat dilakukan secara tunggal. Tarian ini diiringi oleh nyanyian dan musik khas Kutai yang disebut Tingkilan, dengan alat musik gambus (sejenis gitar berdawai enam) dan ketipung (kendang kecil).
Karena popularitasnya, hampir setiap kecamatan memiliki grup Jepen dan Tingkilan dengan gaya masing-masing. Tari Jepen terus berkembang dengan munculnya kreasi baru seperti Tari Jepen Tungku, Tari Jepen Gelombang, Tari Jepen 29, Tari Jepen Sidabil, dan Tari Jepen Tali. Seni Tari Klasik, di sisi lain, berkembang di lingkungan Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau.
4. Balamut
Berlamut adalah seni tradisional yang telah ada sejak zaman kuno, sekitar tahun 1500 hingga 1800 Masehi, meskipun pada awalnya tidak menggunakan tarbang. Setelah masuknya agama Islam ke Kalimantan Selatan dan di bawah kepemimpinan Raja Banjar Sultan Suriansyah, berlamut mulai menggunakan tarbang, seiring dengan pengaruh seni Islam seperti Hadrah dan Burdah.
Seiring dengan pesatnya penyebaran agama Islam, seni Islam memberikan dampak besar pada kebudayaan dan kesenian Banjar. Syair dan pantun berkembang pesat di masyarakat, sementara Sastra Banjar Lamut memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di kalangan masyarakat Banjar.
5. Musik Panting
Seni Musik Panting menggabungkan berbagai alat musik, seperti Babun, Panting, Biola, dan Gong, untuk menghasilkan irama khas. Musik ini biasanya mengiringi lagu-lagu tradisional Banjar atau tarian tradisional. Nama "Panting" diambil dari salah satu alat musik utamanya, yaitu Panting, yang merupakan alat musik petik mirip gitar gambus berukuran kecil.
6. Upacara Maraak Penganten
Upacara Maraak Penganten adalah tradisi yang dilakukan di rumah keluarga pengantin laki-laki sebelum ia dibawa ke rumah mempelai wanita. Upacara ini dimulai dengan doa dan selamat kecil, diikuti dengan mempelai pria keluar rumah sambil mengucapkan doa keselamatan. Selama proses ini, sesepuh mengiringi dengan Shalawat Nabi dan taburan beras kuning sebagai penangkal bahaya. Meskipun tampak sederhana, upacara ini penting karena pada masa lalu sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menjelang keberangkatan mempelai pria, yang dapat menggagalkan upacara pernikahan.
7. Bermandi-Mandi
Bapapai dan badudus memiliki fungsi yang serupa, tetapi digunakan dalam konteks yang berbeda. Badudus adalah istilah mandi-mandi yang digunakan oleh keluarga kerajaan atau keturunan bangsawan serta keluarga candi (tutus candi). Sementara itu, bapapai adalah istilah mandi-mandi yang umum digunakan oleh masyarakat Banjar.
Dalam bahasa Indonesia, "papai" berarti "percik." Dalam praktiknya, bapapai melibatkan memercikkan air dengan mayang pinang kepada calon mempelai yang sedang menjalani ritual mandi-mandi.
8. Hadrah
Seni Terbang al-Banjari adalah kesenian khas Islami yang berasal dari Kalimantan, dikenal dengan irama yang menghentak, rancak, dan variatif, sehingga masih sangat populer di kalangan pemuda hingga kini. Seni ini sering dianggap sebagai aset atau ekstrakurikuler unggulan di pondok pesantren Salafiyah. Saat ini, Hadrah yang berasal dari Banjar tetap konsisten dan banyak diminati oleh santri, bahkan mulai diperkenalkan di beberapa kampus.
Hadrah Al-Banjari adalah jenis musik rebana yang berhubungan dengan sejarah penyebaran Islam oleh Sunan Kalijaga dari Jawa. Kesenian ini sering dipentaskan dalam acara-acara seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, sunatan, dan pernikahan. Alat rebana yang digunakan berasal dari Timur Tengah dan telah disesuaikan dengan musik tradisional Indonesia, baik dalam jenis lagu maupun alat musik. Selain itu, musik gambus, kasidah, dan hadroh juga sering menggunakan rebana sebagai bagian dari keseniannya.
9. Maayun Anak
Maayun Anak adalah tradisi masyarakat Banjar yang telah ada sejak zaman dahulu dan masih berlangsung hingga kini. Tradisi ini melibatkan ibu-ibu yang menidurkan bayi mereka dengan cara mengayun menggunakan ayunan yang terbuat dari tapih bahalai atau kain kuning, yang ujung-ujungnya diikat dengan tali haduk (ijuk). Ayunan ini biasanya digantungkan pada palang plapon di ruang tengah rumah. Pada tali ayunan, sering diikatkan Yasin, daun jariangau, kacang parang, dan katupat guntur, sebagai penangkal hantu atau penyakit yang dapat mengganggu bayi.
10. Wayang Kulit
Kesenian wayang telah berkembang selama ratusan tahun dan kini diakui sebagai warisan dunia yang sarat dengan nilai seni dan makna mendalam. Jenis wayang pun beragam, mulai dari wayang kulit, wayang golek, hingga wayang orang yang dimainkan dengan topeng.
Salah satu yang unik adalah Wayang Topeng Banjar, dengan ciri khas topeng yang mencolok. Kesenian ini sering ditampilkan dalam pagelaran wayang maupun pementasan teater pewayangan. Namun, pengrajin Wayang Banjar kini berada di ambang kepunahan, hanya dapat ditemukan di Desa Tambarangan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Kini, Wayang Topeng Banjar menjadi kesenian yang semakin langka, meskipun upaya pelestarian secara bertahap mulai dilakukan.
Itulah informasi seputar Seni dan Tradisi Masyarakat Banjarmasin, Apakah Anda semakin tertarik untuk berkunjung ke Kalimantan Selatan? Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Kalimantan Selatan
Disamping itu, jika Anda sedang berada di Kalimantan Selatan, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Kalimantan Selatan. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Kalimantan Selatan pada halaman berikut:
Asuransi Sinar Mas Cabang Banjarmasin
Sumber:
- "Madihin, Kesenian Khas Banjarmasin yang Masih Digemari di Era Milenial", https://www.kompasiana.com/herry51230/6159eb0528817515b5374b53/madihin-kesenian-khas-banjarmasin-yang-masih-digemari-di-era-milenial.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional_Banjar.
- https://galihganendra5.wordpress.com/2014/09/03/kesenian-tradisional-di-banjarmasin/
- "Mengenal Mamanda, Teater Tradisional dari Kalimantan Selatan: Sejarah Singkat, Fungsi, dan Cerita", https://regional.kompas.com/read/2023/03/09/225841878/mengenal-mamanda-teater-tradisional-dari-kalimantan-selatan-sejarah- singkat?page=all.
- https://www.merdeka.com/sumut/menilik-pembuatan-wayang-topeng-banjar-kesenian-langka-bertahan-melawan-zaman.html.