Mengenal Tradisi Betawi Jakarta: Palang Pintu, Nyorog, Bikin Rume, dan Bledugan
Jakarta, yang secara resmi dikenal sebagai Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) dan sebelumnya dikenal sebagai Batavia, adalah ibu kota Indonesia dan wilayah otonom setingkat provinsi. Jakarta terdiri dari lima kota administrasi dan satu kabupaten administrasi, serta berfungsi sebagai kota metropolitan.
Sebagai kota metropolitan, Jakarta memiliki berbagai tradisi, antara lain:
1. Palang Pintu
Tradisi Palang Pintu merupakan upacara pernikahan masyarakat Betawi yang memadukan seni bela diri pencak silat dengan seni sastra pantun. Dalam tradisi ini, jawara yang menjadi perwakilan dari mempelai laki-laki dan perempuan saling menunjukkan kemampuan mereka dalam gerakan silat dan berbalas pantun.
Palang Pintu melambangkan ujian yang harus dilalui oleh mempelai laki-laki untuk meminang mempelai perempuan. Jawara dari pihak mempelai laki-laki harus mampu mengalahkan jawara dari pihak mempelai perempuan. Berbalas pantun dalam tradisi ini dimaknai sebagai bentuk diplomasi, dan Palang Pintu juga berfungsi untuk mempererat hubungan antar kampung dan keluarga.
Tradisi ini dilaksanakan sebelum akad nikah dimulai, di mana rombongan mempelai laki-laki akan dihadang oleh pihak mempelai perempuan. Tradisi Palang Pintu mencerminkan kebiasaan masyarakat Betawi, di mana seorang laki-laki yang hendak meminang perempuan harus melewati ujian melawan jawara di kampung calon istrinya.
Tujuan Tradisi Palang Pintu
Tujuan dari Tradisi Palang Pintu adalah sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk mendapatkan restu dari keluarga mempelai perempuan. Dalam bahasa Betawi, "palang" berarti penghalang yang menghalangi jalan, sehingga Palang Pintu berarti tradisi untuk membuka penghalang saat memasuki wilayah tertentu yang dikuasai oleh jawara.
Tradisi ini juga bertujuan untuk menguji kesungguhan mempelai laki-laki dalam membangun rumah tangga dan menunjukkan ketaatan terhadap norma adat yang berlaku di masyarakat Betawi.
2. Nyorog
Nyorog merupakan tradisi Betawi yang melibatkan pemberian makanan oleh anggota keluarga yang lebih muda kepada saudara yang lebih tua atau dituakan. Dalam bahasa Betawi, nyorog berarti menghantar.
Pada awalnya, tradisi ini berkaitan dengan pemberian sesajen kepada Dewi Sri sebagai simbol kemakmuran. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi Nyorog telah diselaraskan dengan nilai-nilai Islam.
Tradisi ini dilakukan sekitar sepekan sebelum bulan puasa, di mana anggota keluarga yang lebih muda membawa bingkisan (sorogan) yang biasanya berisi sembilan bahan pokok atau sembako, seperti beras, telur, gula, kopi, dan makanan lainnya, kepada anggota keluarga yang lebih tua atau dituakan.
Tujuan utama tradisi Nyorog yaitu untuk menjaga tali silaturahmi antar keluarga dan menghormati orang atau tokoh yang dituakan.
Sejarah Tradisi Nyorong
Tradisi upacara adat Nyorong di Pulau Sumbawa lahir dari kebutuhan biaya dalam prosesi pernikahan, di mana pihak laki-laki bertanggung jawab atas semua pembiayaan pernikahan.
Tradisi Nyorong muncul karena dua alasan utama: kesepakatan dan penghargaan. Alasan kesepakatan berasal dari hasil Basaputis atau musyawarah. Sedangkan alasan penghargaan adalah bentuk apresiasi dari keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan karena telah merawat anak perempuannya dengan baik.
Banyak pihak terlibat dalam prosesi adat Nyorong, termasuk orang tua mempelai, lako tu setokal boat (orang yang dipercaya oleh pihak perempuan), kerabat, anggota masyarakat, dan sahabat. Masing-masing memiliki peran penting dalam pelaksanaan prosesi Nyorong.
Makna Tradisi Nyorong
Makna dari Tradisi Upacara Nyorong adalah sebagai penyampaian niat dari pihak laki-laki untuk menikahi calon mempelai perempuan dan untuk menentukan tanggal pernikahan. Tradisi ini juga mencerminkan penghargaan dari pihak laki-laki kepada calon mempelai perempuan melalui pemberian seserahan.
Tata Cara Upacara Nyorong
Sebelum melaksanakan upacara adat Nyorong, terdapat beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan. Tata cara tersebut meliputi:
- Menyiapkan perlengkapan Nyorong.
- Mengemas barang bawaan sesuai tradisi adat Sumbawa.
- Pembentukan panitia Nyorong.
- Persiapan lokasi Nyorong.
- Menyebarkan undangan.
- Pelaksanaan upacara Nyorong.
Yuk Dapatkan Bonus StarPoin Sekarang!
Bayar Perpanjangan Polis lebih Cepat dengan Menghubungi Tim Kami dan Dapatkan Bonusnya.
Periode promo berlaku dari bulan Oktober sampai Desember 2024.
Promo ini hanya berlaku untuk perpanjangan Polis Asuransi Kendaraan dan Polis Asuransi Kebakaran di wilayah Jabodetabek.
3. Tradisi Bikin Rume
Tradisi Bikin Rume merupakan upacara yang dilakukan masyarakat Betawi sebagai bentuk syukuran saat hendak membangun rumah. Bagi masyarakat Betawi, membangun rumah adalah kegiatan sakral yang melibatkan perhitungan, pantangan, hari baik, dan keselamatan bagi penghuni rumah nantinya.
Sebelum membangun rumah, masyarakat Betawi umumnya melakukan perhitungan, mempertimbangkan pantangan, serta memilih hari baik untuk menghindari marabahaya.
Tradisi ini melibatkan musyawarah keluarga untuk membahas berbagai aspek seperti jenis rumah yang akan dibangun, ketersediaan lahan, biaya pembangunan, arah bangunan, dan penentuan hari pembangunan.
Tujuan Upacara Adat Bikin Rume
Upacara adat ini memiliki makna khusus dan strategis. Bagi masyarakat Betawi, rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dari cuaca yang tidak ramah, tetapi juga sebagai tempat dimulainya generasi mendatang yang kokoh lahir batin. Oleh karena itu, masyarakat Betawi saling tolong-menolong dan bergotong royong dalam pembangunan rumah. Filosofi rumah bagi masyarakat Betawi yaitu "Mulai dari rumah, pulang ke rumah."
4. Tradisi Main Petasan / Bledugan
Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak laki-laki dan remaja Betawi. Selain dikenal sebagai Bledugan, permainan ini juga memiliki nama lain seperti bumbungan, lodong, jleguran, atau meriam bambu. Biasanya dimainkan di tanah lapang untuk meramaikan suasana malam takbiran. Alat yang digunakan terdiri dari bambu panjang berdiameter sedang yang dilubangi, karbit atau minyak tanah, serta kain lap atau pakaian bekas.
Sejarah Petasan
Petasan sendiri merupakan benda yang akrab bagi masyarakat Indonesia, terutama pada momen-momen tertentu seperti Ramadan dan Lebaran. Pertama kali ditemukan oleh bangsa Tiongkok pada abad ke-9, petasan awalnya digunakan sebagai alat peringatan dan penanda keberhasilan dalam berbagai acara, termasuk pernikahan, upacara kematian, dan perayaan keagamaan.
Pada abad ke-15, saat bangsa Tiongkok datang ke Indonesia untuk berdagang, sejarah petasan dan kembang api mulai terbentuk di tanah air. Di Indonesia, penggunaan petasan sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, ketika teknologi senjata bubuk mesiu diperkenalkan, dan petasan bahkan dianggap sebagai bagian dari ritual keagamaan dan upacara adat.
Selama masa penjajahan Belanda, petasan menjadi simbol perlawanan, digunakan oleh masyarakat untuk menentang kekuasaan penjajah dengan melemparkannya ke arah pasukan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, penggunaan petasan semakin berkembang sebagai hiburan dan atraksi pada berbagai acara seperti pernikahan, ulang tahun, serta saat Ramadan dan Lebaran. Pada momen-momen tersebut, petasan memiliki makna khusus bagi masyarakat Indonesia.
Itulah informasi tentang Tradisi Betawi di Jakarta. Disamping itu, jika Anda sedang berada di Jakarta, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Jakarta. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Jakarta pada halaman berikut:
1. Asuransi Sinar Mas Cabang Jakarta Utara
2. Asuransi Sinar Mas Cabang Kelapa Gading
3. Asuransi Sinar Mas Cabang Jakarta Selatan
4. Asuransi Sinar Mas Agency Division Fatmawati
5. Asuransi Sinar Mas Agency Division Mangga Dua
6. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Tebet
Sumber:
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/12/17/yuk-kenali-5-tradisi-betawi-yang-tetap-eksis-hingga-saat-ini.
- https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/5-tradisi-betawi-yang-masih-eksis-dan-dilestarikan-sampai-kini-22Vwdh0F3s4/full.
- "Tradisi Palang Pintu, Cara Masyarakat Betawi Menguji Pengantin Pria", https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/15/160000879/tradisi-palang-pintu-cara-masyarakat-betawi-menguji-pengantin-pria?page=all.
- "Tradisi Nyorong di Pulau Sumbawa: Sejarah, Makna, hingga Tata Cara" https://www.detik.com/bali/budaya/d-7331035/tradisi-nyorong-di-pulau-sumbawa-sejarah-makna-hingga-tata-cara.
- https://bobo.grid.id/read/082935598/upacara-adat-betawi-bikin-rume-arti-tujuan-dan-prosesi?page=all.
- "Ayo Lestarikan! 6 Tradisi dan Budaya Unik Lebaran Betawi | Halaman Lengkap". https://metro.sindonews.com/read/1078581/171/ayo-lestarikan-6-tradisi-dan-budaya-unik-lebaran-betawi-1682031853?showpage=all.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta.