September 04, 2024

Menelusuri Makna Tumplak Wajik sebagai Tradisi Unik Keraton Yogyakarta

Tumplak Wajik adalah tradisi yang diadakan di Keraton Yogyakarta sebagai bagian dari persiapan perayaan Grebeg Syawal, yang memperingati Hari Raya Idul Fitri dan malam Lailatur Qadar. Tradisi ini memiliki makna spiritual dan budaya yang mendalam bagi masyarakat Yogyakarta. Melalui tradisi ini, masyarakat memperkuat kebersamaan dan melestarikan warisan budaya mereka. Dalam perayaan ini, gunungan yang terdiri dari berbagai makanan dan hasil bumi diarak keliling kota dan dibagikan kepada masyarakat.

Tumplak Wajik merupakan tahap pembuatan gunungan tersebut. Para abdi dalem Keraton menuangkan adonan wajik, sejenis makanan dari beras ketan, ke dalam wadah yang kemudian dibalikkan. Setelah itu, gunungan dibentuk dengan menumpuk berbagai jenis makanan dan hasil bumi di atas wajik tersebut.

Upacara Tumplak Wajik masih dipertahankan oleh Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat hingga kini. Ritual ini menandai dimulainya upacara grebeg di Keraton Ngayojokarto Hadiningrat. Secara fisik, Tumplak Wajik berarti meletakkan wajik pada tempat yang telah disediakan, dan biasanya menandai dimulainya rangkaian upacara grebeg.

Setiap tahun, Keraton Yogyakarta menggelar tiga kali upacara grebeg: Grebeg Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, Grebeg Sawal untuk menandai akhir bulan puasa, dan Grebeg Besar untuk memperingati Hari Raya Idul Adha. Pada setiap grebeg tersebut, keraton selalu mengeluarkan gunungan untuk dibagikan kepada masyarakat.

Berbeda dengan gunungan lainnya, Gunungan Estri memiliki satu bakul wajik yang disusun berlapis dengan tiwul di dalamnya. Wajik adalah kue dari ketan yang direbus dengan gula merah dan santan kelapa, sedangkan tiwul adalah makanan dari tumbukan singkong kering. Wajik dan tiwul berfungsi sebagai pondasi bagi mustaka (bagian atas) gunungan.

Jalannya Upacara Numplak Wajik

Menjelang upacara Tumplak Wajik, kerangka dan mustaka gunungan sudah diletakkan di Panti Pareden. Para abdi dalem yang bertugas menjalankan upacara adat keraton juga telah hadir.

Upacara Tumplak Wajik dimulai dengan doa yang dipimpin oleh Abdi Dalem Kanca Kaji. Selanjutnya, Abdi Dalem Kanca Abang menyiapkan Jodhang, yaitu landasan kayu untuk mengangkut gunungan.

Prosesi Tumplak Wajik diiringi oleh gejog lesung yang dimainkan oleh delapan abdi dalem keparak perempuan berusia lanjut. Mereka memainkan lesung secara berirama. Prosesi ini juga menandakan kedatangan GKR Mangkubumi di Magangan.

Lesung adalah alat untuk menumbuk padi yang terbuat dari gelondongan kayu besar, dipukul dengan alu sehingga menghasilkan irama yang dipercaya dapat menolak bala. Setelah rombongan duduk di dalam Panti Pareden, upacara pun siap dimulai.

Sebakul besar wajik ditumplak pada jodhang, berbentuk silinder dengan ketinggian sekitar pinggul orang dewasa. Rangka Gunungan Wadon yang terbuat dari bambu kemudian dipasang dan diikat erat pada pasak besi di jodhang. Mustaka gunungan yang telah dipersiapkan sebelumnya diangkat dan ditancapkan pada wajik tersebut. Abdi Dalem Keparak mengoles lulur dari dlingo dan bengle pada jodhang. Sinjang (kain panjang) songer dililitkan pada rangka gunungan, diikuti lilitan semekan (kain penutup dada perempuan) bangun tulak.

Gejog lesung berhenti dimainkan, menandakan upacara selesai. Lulur dlingo bengle kemudian dibagikan kepada Abdi Dalem dan pengunjung yang hadir. Tidak lama kemudian, sinjang songer dan semekan bangun tulak dilepas kembali.

Dalam kepercayaan tradisional masyarakat Jawa, dlingo dan bengle adalah rempah-rempah yang aromanya tidak disukai oleh makhluk halus. Gejog lesung dan lulur dlingo bengle berfungsi sebagai penolak bala, serta ungkapan permohonan kepada Yang Maha Kuasa agar rangkaian upacara berlangsung lancar tanpa kendala.

Upacara berlangsung sekitar setengah jam. Proses penyelesaian rangkaian gunungan dilanjutkan hingga menjelang upacara Grebeg. Pagi dini hari sebelum upacara Grebeg, gunungan telah siap diangkut ke Tratag Bangsal Pancaniti untuk dibawa keluar keraton dan dibagikan kepada rakyat.

Itulah informasi tentang Tumplak Wajik Yogyakarta. Ayo luangkan waktu liburan Anda untuk mengunjungi Yogyakarta.

Disamping itu, jika Anda sedang berada di Yogyakarta, jangan lupa untuk berkunjung ke Asuransi Sinar Mas Cabang Yogyakarta. Yuk kunjungi Asuransi Sinar Mas Cabang Yogyakarta pada halaman berikut:

1. Asuransi Sinar Mas Cabang Yogyakarta

2. PT. Asuransi Sinar Mas Kantor Pemasaran Agency
   Yogyakarta

3. Asuransi Sinar Mas Marketing Poin Agency
   Yogyakarta

Sumber:

  1. "Upacara Tumplak Wajik, Ritual Menandai Dimulainya Grebeg Keraton Yogyakarta", https://yogya.inews.id/berita/upacara-tumplak-wajik-ritual-menandai-dimulainya-grebeg-keraton-yogyakarta.
  2. https://bpkpenabur.or.id/bekasi/smak-penabur-harapan-indah/berita/berita-lainnya/tumplak-wajik-tradisi-pembuatan-gunungan-di-keraton-yogyakarta-sebagai-simbol-keberlimpahan.
  3. https://www.kratonjogja.id/hajad-dalem/16-numplak-wajik/.
  4. "Melihat Ritual Tumplak Wajik, Tanda Dimulainya Grebeg Syawal Keraton Jogja" https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6682343/melihat-ritual-tumplak-wajik-tanda-dimulainya-grebeg-syawal-keraton-jogja.